Karl Barth
   Karl Barth lahir di Basel pada tahun 1886 sebagaianak sulung gembala jemaat Calvinis. Setelahabelajar di Universitas Bern, Berlin, Tbingen,dan Marburg ia menjadi pendeta Calvinis di Swis.Sewaktu melayani gereja di Safenwil, dekatAarau, ia menulis Rmerbrief (tafsiran SuratPaulus kepada Jemaat Roma), yang diterbitkan tahun 1919.Â
 Menurut seorang Katolik, dampaknya "bagaikan ledakan bom di tempat bermain para teolog". Barth menjadi pemimpin reaksi Ortodoksi Baru terhadap liberalisme abad ke-19.
 la menjadi guru besar teologi di Universitas Gttingen, Mnster, dan Bonn. Bersamaan denganmenanjaknya bintang Adolf Hitler, Barth menjadi -pemimpin Gereja yang Mengaku dan pemrakarsa utama dari *Deklarasi Barmen pada tahun 1934.Tahun berikutnya ia diberhentikan oleh Hitlerdan dikembalikan ke Swis. Di sana ia menjadi guru besar teologi di Basel sampai ia pensiun, ia meninggal pada tahun 1968.
 Pada tahun 1927 Barth menerbitkan jilid pertama dari suatu seri buku-buku mengenai Christliche Dogmatik (Dogmatika Kristen). Namun, buku pertama ini dicela karena didasarkanpada filsafat eksistensialis. Akibatnya Barth Tafsiran Karl Barth mengenai Surat Pauluskepada Jemaat Roma merupakan perbaikan radikal terhadap liberalisme teologis. Barth terutama berusaha mendapati apa yang diajarkanAlkitab.Â
 Menurut dia, tafsiran-tafsiran yanghanya melihat masalah-masalah sastra dansejarah belaka, sebenarnya sama sekali belum memulai memahami dan menjelaskan Alkitab..memutuskan untuk mulai kembali, dan padatahun 1932 muncullah jilid pertama Kirchliche Dogmatik (Dogmatika Gerejawi). Selama hidupnya, tidak kurang dari 12 jilid tebal Kirchliche Dogmatik diterbitkannya, yang secara kasarmeliputi sekitar 6 juta kata. (Bagian-bagian darijilid ke-13 yang tidak lengkap kemudian diterbitkan oleh Barth sendiri dan beberapa kawan kawannya.) Kirchliche Dogmatik tidak ada bandingannya dalam hal panjang dan ketelitiannya.Bahkan Summa Theologiae karya *ThomasAquino kelihatan kerdil bila dijajarkan di sampingkarya ini.
 Â
  Teologi Barth adalah teologi kata. Sabda Allah, pernyataan Allahlah yang menjadi pokok bahasan teologis. Barth menekankan wahyu Tuhan dan Alkitab. Ia melihat dirinya termotivasi untuk kembali ke beberapa visi para reformis, terutama dari *Calvin. Namun, hal ini tidak serta merta kembali pada pemahaman tradisional terhadap Alkitab.
  Yang dimaksudnya adalah Neo-Ortodoksi, Ortodoksi Baru, bukan kembali ke Ortodoksi Lama. Bagi Barth, firman Tuhan lebih dilihat dalam bingkai dinamis dibandingkan bingkai statis. Kita harus membayangkannya bukan sebagai suatu ajaran atau kata-kata atau pernyataan, tetapi sebagai suatu peristiwa, sesuatu yang terjadi. Firman Tuhan adalah peristiwa Tuhan berbicara kepada manusia di dalam Yesus Kristus, merupakan wahyu pribadi Tuhan kepada kita.Â
 Menurut Barth, Ortodoksi lama telah keliru dengan menjadikan kata sebagai sesuatu yang statis (misalnya dalam bentuk Alkitab), yang dapat dianalisis dan dibedah seperti mayat. Namun, firman Tuhan disajikan kepada kita bukan sebagai objek yang dapat kita kendalikan, namun sebagai subjek yang mengontrol dan bertindak melawan kita. Seorang ilmuwan tidak dapat menciptakan kilatan petir dan mengamatinya saat hal itu terjadi.
  Â
  Penolakan Barth terhadap semua pengetahuan alamiah mengenai Allah berarti bahwa Allah agama Kristen sama sekali tidak dikenal di luarYesus Kristus. Ia datang kepada orang tak percayaseperti orang yang sama sekali asing. Barth telah dituduh terlalu menanggap pandangan ateis tentang manusia sebagai yang tidak ber-Tuhan.Bahkan orang ateis mempunyai "lowongan yang berbentuk Allah".Â
  Walaupun Barth benar dengan memperingatkan bahaya yang timbul kalaumembiarkan pengertian pra-kristiani menguasaidoktrin Kristen, namun ia melampaui batas.Â
Barth tetap konsisten dalam pandangandasarnya. Namun, dengan bertambahnya waktuayang berlalu, sikapnya melunak dan ia meninjaua kembali beberapa penilaiannya. Permusuhannya terhadap liberalisme abad ke-19 kemudian agakaherubah. Akhirnya ia melihat teolog-teolog abad
Â
  Sepanjang hidupnya Barth tetap sebagai orang percaya yang sederhana. Dalam pidato penghormatan pada pemakamannya, Hans Kngmengenang suatu diskusi mereka berdua yangpada akhirnya ia mengaku bahwa Barth mempunyai iman yang teguh. Jawaban Barth sangat menarik:Jadi Anda berpikir bahwa saya memiliki keyakinan yang kuat. Saya sendiri tidak pernah mengaku mempunyai iman yang teguh.
 Dan ketika tiba saatnya aku menghadap Tuhanku, aku tidak akan tampil dengan amalanku, yaitu kitab-kitab Dogmatisku di keranjang di punggungku. Semua bidadari disana pasti akan tertawa. Namun saya juga tidak akan mengatakan, "Saya selalu mempunyai niat yang baik. Saya mempunyai iman yang kuat." TIDAK! Hanya satu hal yang akan saya sampaikan. Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa yang malang ini!"ke-19 (juga Schleiermacher) sebagai orang-orang berbobot yang bergumul dalam zaman yang sulit.
 Kita masih belajar banyak dari mereka. Ini tidakberarti bahwa ia tdak lagi melihat kekhilafankekhilafan mereka, tetapi ia dapat lebih menghargai kebenaran mereka. Pada tahun-tahunawal gerakan Ortodoksi Baru, Barth dan yang laini sedemikian rupa menekankan keallahan Allah ssehingga hampir-hampir terjebak dalam kesalahan yang berlawanan dari kesalahan Schleiermacher.
 Mereka "mengagungkan Allah dengan mengorbankan manusia. Di kemudian hari dalam suatulceramah mengenai Kemanusiaan Allah (DieMenschlichkeit Gottes, 1956) Barth mengakulbahwa mereka terlalu berat sebelah karena situasilwaktu itu memerlukannya.Â
  Kini diperlukan perubahan arah sebagai perbedaan dan bukanperlawanan terhadap penekanan keilahian Allahsebelum itu. Di samping keilahian Allah, termasukdi dalamnya adalah kemanusiaan-Nya, di dalamYesus Kristus.Â
 "Di dalam Yesus Kristus tidak adapemisahan manusia dari Allah atau Allah darimanusia." Seperti pernah diungkapkannya ditempat lain, pada tahun 1948, "Berita kasihkarunia Allah kelihatannya lebih dibutuhkandaripada pesan mengenai Hukum Allah, kemurkaan-Nya, dakwaan-Nya dan penghakiman-Nya."Perubahan lain yang menarik dalam sikap Barthpada tahun-tahun kemudian adalah penolakannya terhadap doktrin pembaptisan anak. Dalamfragmen-fragmen yang ia terbitkan dari jilid ke13 yang tidak selesai dari Dogmatika Gerejawi
Jadi kesimpulan dari pandangan Karl Barth ialah ia menyatakan penyatan Allah bersifat menebus, jika tidak menebus maka itu bukan penyataan Allah, sehingga ia menyimpulkan hanya Yesus Kristus saja penyataan Allah dan di luar Yesus tidak ada lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H