Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga satu atau beberapa barang pada suatu saat tertentu dan hanya sementara belum tentu menimbulkan inflasi. Di Derah Istimewa Yogyakarta (DIY), harga barang-barang meningkat
drastis dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen, terutama bagi mereka yang bergantung pada pendapatan tetap. Pada Ramadhan
dan jelang idul fitri 2024. Badan Pusat Statistik DIY merilis informasi indikator perekonomian terkini di DIY. Beberapa
informasi yang disampaikan adalah inflasi, perkembangan Nilai Tukar Petani, harga produsen, gabah, pariwisata, transportasi, dan ekspor impor. Rilis berita tersebut
disampaikan oleh Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati pada Senin (01/04) di Ruang Truntum BPS DIY. Herum mengatakan, pada Maret 2024, inflasi DIY sebesar 2,95 % yoY, dengan indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,10 %. Sementara itu, tingkat inflasi year to date (y-to-d) Maret 2024 sebesar 0,43 % dan tingkat inflasi year to date
(y-to-date) Maret 2024 sebesar 0,805 %. Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga oleh beberapa indeks kelompok pengeluaran. Kelompok yang biasa menyumbang inflasi selama Ramadhan dan idul fitri, biasanya ada pada kelompok makanan, minuman, tembakau, dan transportasi. Untuk transportasi tahun ini justru tidak terlalu berpengaruh karena terdapat deflasi terhadap tarif angkutan, kata Herum Fajarwati Kepala BPS DIY. Banyaknya produsen menghadapi tekanan dari kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya.Â
Hal ini mengakibatkan mereka terpaksa menaikkan harga jual produk mereka untuk tetap mempertahankan keuntungan. Selain itu mata uang juga berkontribusi pada kenaikan harga barang impor. Tidak hanya itu permintaan yang tinggi juga menjadi salah satu faktor penyebab harga barang meningkat. DIY.Â
Sebagai salah satu destinasi wisata populer di Indonesia, mengalami peningkatan kunjungan wisatawan yang signifikan. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa meningkat tajam. Tingginya permintaan ini dapat menyebabkan peningkatnya harga, terutama bagi barang-barang yang memiliki keterbatasan pasokan. Kebijakan pemerintah juga dapat berperan dalam meningkatkan harga barang di DIY.Â
Kenaikan tarif pajak dan bea masuk, serta kebijakan subsidi yang tidak efektif, dapat berdampak langsung pada kenaikkan harga barang. Selain itu ketidakstabilan politik dan kebijakan moneter yang tidak konsisten juga mempengaruhi kiondisi perekonomian secara keseluruhan. Dalam menghadapi situasi ini, perlu ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.Â
Pertama. Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan dan mempelajari kembali kebijakan yang tidak efektif. Produsen juga perlu melakukan ide baru dalam hal produksi dan manajemen biaya. Dengan menciptakan produk dan menacari pasar baru juga dapat menjadi strategi untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku. Konsumen juga dapat berperan dalam mengatasi inflsi. Dengan menggunakan uang secara bijak dan memprioritaskan kebutuhan yang penting terlebih dahulu, hal ini dapat mengurangi permintaan terhadap barang-barang yang harganya meningkat.Â
Kesimpulannya, kenaikan harga barang di DIY merupakan dampak dari berbagai faktor, seperti kenaikan biaya produksi, permintaan yang tinggi, dan
kebijakan pemerintah yang kurang efektif. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, produsen, dan konsumen.Dengan langkah-langkah
yang tepat, harga barang yang diterapkan di DIY dapat dikendalikan sehingga tidak memberikan beban berat bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H