"Pertama, seni urban yang traditif. Walapun dunianya modern, tetapi masih menguasai tradisi, masih digunakan, dan masih kental di dalamnya. Kedua, seni urban menengah. Masih memegang tradisi, ada juga yang mulai melupakan atau meninggalkan tradisinya. Ketiga, benar-benar seni urban. Semua serba modern, sudah tidak ada lagi yang menggunakan tradisi. Dan ketiga jenis tersebut bisa berpindah, maka dari itu wisata budaya seperti ini tetap harus dipublikasikan," ujar Toni.
Selain itu, salah satu pengunjung pameran seni keris di Bentara Budaya, Dicky Dwi Saputra beranggapan, wisata budaya kurang diminati anak muda atau kaum milenial. Masih banyak masyarakat terutama kaum milenial yang memiliki persepsi bahwa mengunjungi wisata budaya itu membosankan, kuno, dan ketinggalan zaman. Padahal menurutnya jika mengunjungi wisata budaya, banyak keuntungan yang kita dapat. Oleh karena itu, ia berharap semakin banyak masyarakat yang tertarik dengan wisata budaya.Â
"Lebih banyak kegiatan penyuluhan mengenai budaya lokal sih, karyawisata ke tempat-tempat budaya, menggunakan cara efektif untuk mempromosikan budaya Indonesia ke kaum muda. Hal-hal tersebut memang salah satu tantangan di era digital saat ini, tetapi cara itu diharapkan bisa membuat masyarakat khususnya kaum muda, menjadi tertarik untuk mengunjungi wisata budaya," harap Dicky.
Penulis: Desvita Aulia Rachmadina, NIM: 11210511000139, Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H