Dia menjadikan pekerjaannya itu sebagai hobi yang menyenangkan buatnya. Sampai-sampai ingin terus turun ke sawah.Â
Beliau bilang, "sawah sangat nyaman dan tentram. Di sawah, kita bisa melihat pemandangan yang indah, bisa menghirup udara segar dan dapat melihat tanaman yang kita tanam tumbuh subur adalah suatu kebanggan, serta rasa lelah menanamnya hilang begitu saja ketika kita memanennya."
Memang betul, karena saat panen, kami akan membawa bekal untuk dimakan saat lapar di sawah. Makan bersama-sama dengan petani yang lainnya, sungguh menyenangkan dan seru.
Namun, hasil dari bertani tidaklah banyak. Kesulitan hidup yang kami alami membuat kami terkadang tidak membawa uang jajan untuk ke sekolah.Â
Bahkan, saat ada buku yang ingin dibeli aku tidak membelinya. Aku kasian, dan malu untuk meminta. Dan akhirnya, aku harus menyalin semua isi buku milik temanku agar tetap bisa belajar.
Dengan bisa makan setiap hari, bisa bersekolah seperti teman-teman yang lain, itu sudah cukup. Tidak perlu membebaninya begitu berat lagi.
Aku kasian melihat beliau, jadi sering membantu walaupun hanya nambah beban doang, hehe.... Aku hanya disuruh bawa pupuk.Â
Dan pupuk itu begitu beratnya hingga hanya sedikit yang mampu kami bawa. Dan terkadang saking beratnya aku pernah jatuh dan pupuknya terkena air dan tidak bisa dipakai lagi. Alhasil, harus pulang lagi.
Pekerjaannya itu, beliau geluti hingga anak-anaknya bisa masuk perguruan tinggi dan Alhamdulillah saudari-saudariku sekarang bisa bekerja sebagai PNS. Sedangkan aku, sedang menjalani pendidikan di Universitas yang cukup terkenal di wilayah Indonesia Tengah.
So, apapun pekerjaan orang tua, biarpun itu petani, tukang becak, penjual di pasar, dan lainnya. Tetap banggalah kepada mereka, jangan malu, dan tetap bantu mereka dan buat mereka bangga suatu hari nanti karena kalian bisa capai cita-cita kalian.
#SemangatPemuda!