Indonesia memiliki banyak budaya yang mana harus terus dilestarikan dan dikembangkan tidak hanya budaya Indonesia juga memiliki tradisi yang sangat menarik dan sangat ikonik yang dimana jika dikembangkan Indonesia tidak kalah memikatnya dengan negara lain. Tetapi banyak tradisi yang sudah dilupakan namun masih banyak juga tradisi yang masih di lakukan hingga sekarang seperti tradisi gilingan meskipun itu tradisi ini pun harus terus dilestarikan hingga masa depan nanti, supaya tidak termakan oleh zaman.
Acara dimulai dengan pemetikan beberapa tebu untuk kemudian di arak bersama sebagai simbolis dimulainya panen tebu untuk siap diproduksi menjadi gula. Diiringi kirab Budaya yang meliputi Barongan (lokal), Barongsai (Cina); wilayah Sragi juga dihuni peranakan orang Cina, Gendruwo (red: mirip Ondel-Ondel), musik gamelan, dan Jaran Kepang beserta hiburan pendampingnya bersama warga masyarakat sekitar, pejabat pemerintahan, bahkan tokoh agama dari Kota Pekalongan. Iring-iringan dimulai sekitar pukul sembilan pagi dengan iringan Gendruwo dan Barongan yang berada di depan pengantin dan rombongan tebu, hal ini dikandung maksud agar barongan bisa membersihkan jalan untuk pengantin glepung dan juga mempunyai makna pembersih sengkala atau halangan-halangan bersifat jahat yang bakal mengganggu jalannya pengantin menuju ke dalam pabrik gula Sragi. Sepanjang jalan besar sekitar 1 km lebih dipenuhi deretan masyarakat yang ikut meramaikan suasana. Dalam arak-arakan tersebut juga dibalut dengan rombongan solawat dan juga tari-tarian jawa dan diiringi dengan alunan musik jawa yang menjadikan suasana lebih meriah. Arak-arakan digiring menuju ke tempat untuk persinggahan semalam yang sebelumya dipertemukan dengan "Manten Glepung".
Sesampainya di persinggahan disambut oleh beberapa petinggi pabrik beserta sesepuh adat guna didoakan dan seremonial lainnya. Keesokan harinya iring-iringan kembali digelar menuju ke dalam pabrik, ditambah dengan pasangan "Manten Glepung". Pengantin glepung adalah sepasang patung yang dibuat menyerupai manusia asli, lengkap dengan "nama"nya, yang terbuat dari bahan dasar tepung beras. "Manten Glepung" nantinya akan di masukan ke dalam gilingan. sebelum di masukan kedalam gilingan, pengantin tersebut di arak dahulu agar pesta semakin meriah. Konon ceritanya dahulu yang di masukan ke dalam gilingan adalah anak kecil sungguhan, namun sekarang sebagai gantinya yaitu replika sepasang penganting tersebut.
Alhasil sesembahan yang dikirim ke arwah tersebut adalah pengantin glepung yang mana pembuatan nya seperti namanya yaitu terbuat dari glepung atau tepung yang dibentuk pengantin yang dibuat oleh sesepuh desa sragi sendiri dan ketika sesepuh itu meninggal pembuatan manten glepung itu diteruskan oleh anak cucunya tidak boleh orang lain.
Walaupun nanti tradisi akan dilupakan karena perkembangan zaman, itu tidak bisa menjadi alasan untuk para generasi yang akan datang. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus benar benar menghormati, menghargai, dan mengenang sejarah terdahulu.
Menurut mitos yang diungkapkan dari sesepuh masyarakat, bahwa penggilingan pengantin glepung ini merupakan bentuk penggantian dari korban yang berada di wilayah pabrik gula, sehingga dalam menjalankan produksi dalam satu tahun bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya kecelakaan kerja di area pabrik gula maupun tidak merugikan masyarakat dan juga kaum petani tebu. Pengantin glepung berakhir dengan tragis dijepit diantara jeruji-jeruji tajam yang terbuat dari besi era peninggalan Belanda. Terlihat remukan tulang-tulang pengantin yang terbuat dari kayu bulung dan mengalirnya darah segar dari sepasang pengantin tersebut yang terbuat dari cairan gula jawa (gula merah/kinco).
KESIMPULAN
Pabrik gula Sragi adalah pabrik gula termuda yang terletak di Desa Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan berdiri sejak tahun 1837-1838 hingga sekarang namun pengoperasian pabrik di masa sekarang tak selancar dulu dikarenakan adanya pandemi. Biasanya pabrik gula sendiri beroperasi menggiling tebu dari bulan Maret hingga April atau biasa disebut (Gilingan) dan setelah adanya gilingan itu semua warga menggelar acara tasyakuran seperti pasar malam selama satu bulan lamanya atau biasa disebut Pasar Tiban. Dalam upacara ini yang dianggap sebagai pengantin adalah dua batang tebu terpilih yang akan digunakan sebagai awal dimulainya prosesi musim giling tebu. Inti dan tujuan utama dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena diberkahi panen tebu yang melimpah dan permohonan agar panenan mendatang semakin baik serta terhindar dari hama tanaman. Selain itu juga sebagai permohonan keselamatan di awal proses penggilingan tebu menjadi gula agar tidak terjadi musibah atau kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
https://renimustika25.wordpress.com/penganten-gelpung-pesta-giling-sragi/
Diakses Pada Tanggal 14 Agustus 2023, Jam 22:24