Ican bangkit, dilipatnya sajadah, dibukanya buku pelajaran dimana esok dia akan ujian hari kedua. Dia bertekad akan menjadi yang terbaik. Semua untuk Ibunya.
Pengumuman hasil Ujian Negara tak lama lagi akan disampaikan oleh kepala Madrasah. Tak ada yang menyangka dengan hasil pengumuman itu dimana Ican yang sedang dalam masa berkabung menjalani Ujian Negara ketika sang ibu meninggal, menjadi peraih nilai tertinggi, bukan hanya di sekolahnya tapi di Sumatera Barat. Sekolahnya sangat bangga kepada prestasinya. Bahkan pihak Kanwil menjanjikan akan menyekolahkannya ke Mesir sebagai penghargaan atas prestasi yang diraihnya.
Mendengar hal itu, ayahnya tentu saja sangat senang. Anak laki-lakinya akan bersekolah di negeri yang merupakan salah satu negeri peradaban islam di dunia, Mesir. Mereka menunggu informasi lanjutan dengan penuh harap. Menunggu dan terus menunggu. Tapi berita yang ditunggu itu tak kunjung datang.
Suatu hari ketika Ican pergi ke surau tempatnya belajar mengaji, dia disapa oleh gurunya yang juga sudah seperti orang tuanya.Â
"Jadi kamu ke Mesir, Can?" tanya Pak Kiraman. Ican hanya mengangkat bahu lesu menunjukan ketidak tahuannya.Â
"Janganlah bersusah hati, di Bukittinggi ada juga Madrasah yang bagus. Besok lusa Apak akan kesana, kamu boleh ikut kalau mau. Sambil melihat-lihat dan mencari cadangan seandainya  tidak jadi ke Mesir", tawaran itu langsung disetujuinya tanpa pikir. Karena sudah hampir sebulan tak ada berita tentang informasi ke Mesir. Ada sedikit patah semangat untuk melanjutkan pendidikan, apalagi ke Mesir. Belum lagi kepastian yang tak kunjung datang.
Dimanakah Ican akan melanjutkan pendidikannya?
Temukan jawabannya di Perjalanan Si Tukang Beruk (Part 5)