Mohon tunggu...
Destri isyagita Kesuma
Destri isyagita Kesuma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membuat konten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Kebahagiaan Hidup dalam Filsafat Islam: Al kindi

25 Juni 2024   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep Kebahagiaan


Kebahagiaan dapat difahami sebagai keadaan atau perasaan senang, tenteram,dan terbebas darisemua yang sifatnya menyusahkan.jika mengacu pada definisi diatas, maka dapat fahami bahwa ketentraman menjadi unsur yang sangat penting dalam kebahagiaan.9         

Kebahagiaan tidaklah sama dengan kenikmatan, kepuasan, dan kesenangan. Baik itu kenikmatan, kesenangan maupun kepuasan mungkin saja bisa mendatangkan kebahagiaan, akan tetapi ketiganya juga mungkin mendatangkan kesengsaraan. Lebih dari sekedar kesenangan,kepuasan, dan kenikmatan, maka kebahagiaan mendiskripsikan keadaan kejiwaan yang diliputi oleh rasa ketenteraman, yakni perpaduan dari rasa aman, damai, dan tenang.


Rasionalitas Sebagai Jalan Kebahagiaan

Sebagai seorang filosof, Menurut al-Kindi berfikir rasional atau penggunaan daya fikir yang hakiki adalah upaya meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh yang dapat dijangkau oleh kemampuan manusia. Dengan meneladani perbuatan perbuatan Tuhantersebut diharapkan agar manusia memiliki keutamaan yang sempurna. Berfikir rasional juga latihan untuk mengendalikan diri, yaitu dengan jalan mengendalikan hawa nafsu sebagai jalan untuk memperoleh keutamaan. Sehingga sampai kepada pemahaman jika hanya kenikmatan dan kebahagiaan hidup lahiriah saja itu adalah keburukan. Dengan demikian bekerja untuk memperoleh kenikmatan lahiriah berarti tidak rasional dan meninggalkan fungsi akal.10

Jiwa dan Akal sebagai Jalan Kebahagiaan


Didalam khasanah pemikiran al-Kindi, pembahasan mengenai jiwa adalah yang pertama sekali yang ia lakukan. Al-Kindi mengungkapkan bahwa jiwa adalah jauhar al-basith, bersifat Ilahi, dan ruhani (tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, tidak lebar, tidak dalam) ia adalah nur yang bersumber dari nur Tuhan. Jiwa memiliki makna yang sangat penting, sempurna dan mulia. Substansi jiwa adalah berasal dari substansi Allah. Hubungan jiwa terhadapa Allah dapat digambarkan seperti hubungan cahaya dengan matahari. Menurut al Kindi Jiwa memiliki wujudnya tersendiri, ia terpisah dan berbeda dari jasad, bersifat rohani dan Ilahi. 

Kebahagiaan yang menjadi tujuan dalam pemikiran al-Kindi dicapai melalui proses yang melibatkan ilmu dan rasionalitas. 

Akal manusia memiliki peran sangat penting dalam proses mencapai kebahagiaan. Akal dipandang sebagai unsur yang mJiwa dan Akal sebagai Jalan Kebahagiaan Didalam khasanah pemikiran al-Kindi, pembahasan mengenai jiwa adalah yang pertama sekali yang ia lakukan. Al-Kindi mengungkapkan bahwa jiwa adalah jauhar al-basith, bersifat Ilahi,dan ruhani,(tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, tidak lebar, tidak dalam) ia adalah nur yang bersumber dari nur Tuhan. Jiwa memiliki makna yang sangat penting, sempurna dan mulia. 

Substansi jiwa adalah berasal dari substansi Allah. Hubungan jiwa terhadapa Allah dapat digambarkan seperti hubungan cahaya dengan matahari. Menurut al Kindi Jiwa memiliki wujudnya tersendiri, ia terpisah dan berbeda dari jasad, bersifat rohani dan Ilahi.Kebahagiaan yang menjadi tujuan dalam pemikiran al-Kindi dicapai melalui proses yang melibatkan ilmu dan rasionalitas. 

Akal manusia memiliki peran sangat penting dalam proses mencapai kebahagiaan. Akal dipandang sebagai unsur yang mengokohkan keyakinan untuk perilaku baik. Persoalan akal dalam pemikiran Al-Kindi dibicarakan bersamaan dengan pembicaraan jiwa. Akal sebagai agen pengetahuan yang mengontrol proses pembentukan pengetahuan melalui bantuan pengalaman inderawi, bagi Al-Kindi merupakan potensi yang ada dalam jiwa dan berkemungkinan untuk bergerak dari potensialitas menuju aktualitas. 

Akhirnya, semua pemikiran yang digagas Al-Kindi merupakan gagasan yang ditujukan untuk memperdalam pengetahuan manusia tentang dirinya.11Idealnya, manusia paripurna tidak berada dalam wilayah teoritis, tapi dalam wilayah
praktis.12

Mendeteksi Penyakit Jiwa dan Cara Mengobatinya


Al-Kindi dalam karyanya yang berjudul al-Hilah li Daf' alAhzan (seni menepis kesedihan), alKindi berupaya menganalisisbeberapa penyakit jiwa, diantaranya adalah kesedihan (al-huzn).

Menurutnya kesedihan adalah penyakit jiwa yang disebabkan karena hilangnya apa yang dicinta dan luputnya apa yang didamba. Untuk mengobati kesedihan, al-Kindi menawarkan pengobatan sebagai berikut. Pertama, kesedihan karena hilangnya apa yang dicinta. Untuk mengobatinya, alKindi menganjurkan agar manusia memahami sifat dasar keberadaan makhluk di dunia yang fana ini. 

Dengan pemahaman yang sempurna sehingga melahirkan keyakinan bahwa apapun yang dicintai didunia ini pasti akan terpisah dan musnah. Oleh karena itu manusia janganlah mengharapkan sesuatu apapun yang ada pada diri ini menjadi kekal abadi, karena hal itu sama dengan mengharap yang tak mungkin dan akan menimbulkan kesedihan. Kedua, yaitu luputnya yang didamba bisa diatasi dengan mengembangkan sikap hidup sederhana, suka menerima(qana'ah), menyesuaikan keinginan dengan kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki, agar tidak lebih besar pengeluaran daripada penghasilan.
13

Penutup


Menurut al-Kindi, untuk mencapai kebahagiaan dapat ditempuh dengan jalan berfikir rasional,befikir rasional adalah suatu usaha dalam rangka meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan. Dengan panduan akal yang syarat dengan ilmu pengetahuan, manusia akan mampu menetapkan kemana ia akan menyandarkan kebahagiaannya. Sehingga akan terhindar dari menyandarkan kebahagiaan pada sesuatu yang bersifat material dan kebendaan semata. 

Jika seseorang menyandarkan kebahagaiaannya kepada pemilikan, penguasaan dan mendapatkan kekayaan yang bersifat kebendaan, maka seseorang tersebut telah menyimpang dari jalan yang benar.Karena kebahagiaan sebenarnya terletak pada jiwa, dan tidak ada yang dimiliki oleh jiwa. Semua yang bersifat kebendaan wataknya dapat mengalami perubahan dan hilang. seseorang yang mendayagunakan akal fikirannya tidak akan menyandarkan kebahagiaan hidup kepada sesuatu yang sifatnya berubah dan hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun