Saya teringat pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sewaktu di Sekolah Dasar (SD), tentang awal penjajah datang ke Indonesia. Di ceritakan bahwa kompeni pertama kali datang bukan karena ingin menguasai sumber hasil laut dari perairan Indonesia yang luas, bukan karena minyak bumi atau hasil tambang lain nan berharga. Namun, mereka tertarik akan kekayaan rempah Indonesia yang melimpah. Â Â
Jejak Rempah di Indonesia
Konon, sebelum bangsa Eropa datang, rempah-rempah telah menjadi barang dagang yang mahal sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Di mana orang-orang Tionghoa dan India berlayar untuk berniaga melewati jalur kepulauan rempah dan selat Malaka. Hal ini pula yang menyebabkan rasa masakan di Indonesia mirip dengan masakan China dan India.Â
Lama setelah itu barulah Inggris datang dan menyiarkan kabar gembira ditemukannya pulau harta karun, yaitu pulau Run. Pulau terpencil yang terletak di kepualauan Maluku, dimana pala, yang terkenal kala itu sebagai obat dewa, terhampar bak rumput liar.Â
Di Eropa, rempah-rempah adalah simbol kemewahan yang hanya dimiliki oleh kalangan sosialita elit, yaitu anggota kerajaan dan aristokrat. Mereka biasanya mencampur rempah dengan wine.Â
Begitulah kemudian negara-negara Eropa mulai berlomba untuk mendatangi pulau ini. Bahkan Pulau Run yang diklaim milik Inggris dulu, sempat di tukar oleh Belanda dengan Nieuw Amsterdam, atau yang kini terkenal dengan nama Manhattan, melalui perjanjian Treaty of Breda tahun 1667 (sumber buku : Pulau Run-Giles Milton). Sebuah pulau kecil di benua Amerika yang sekarang terkenal sebagai pusat bisnis dunia nan glamor. Sedangkan pulau Run sampai sekarang tetap menjadi pulau terpencil.
Kandungan Senyawa BioaktifÂ
Rempah-rempah adalah bagian dari tanaman (daun, biji, bunga, buah, batang, umbi dan rimpang) dalam bentuk kering yang memiliki aroma khas dan flavor yang tajam. Awalnya masyarakat mengenal rempah-rempah sebagai bahan obat, kemudian perlahan digunakan dalam mengolah makanan. Banyaknya rempah-rempah yang ada kemudian membentuk ciri khas masakan Indonesia yang berbumbu dengan aroma yang tajam dan kaya rasa (manis, asam, pedas).Â
Di Bali sendiri, penggunaan rempah-rempah untuk masakan sangat melekat. Bahkan menjadi ciri khas rasa masakan Bali, dari olahan daging atau lauk pauk hingga sayur-sayuran. Kita mengenalnya sebagai 'base genep' atau bumbu lengkap, yang terdiri dari 15 atau lebih jenis rempah-rempah.Â
Pemberian rempah-rempah pada masakan juga digunakan untuk menutupi bau tidak sedap (off the flavor) dari jenis bahan makanan tertentu. Kandungan senyawa volatile di dalamnya mempunyai sifat mudah menguap kemudian mengeluarkan aroma khas yang tajam. Contohnya pada saat mengolah ikan, biasanya akan dilumuri dengan kunyit terlebih dulu untuk menghilangkan bau amisnya. Selain itu, kandungan zat bioaktif pada rempah-rempah juga mempunyai sifat antimikroba.Â
Maka tak heran, makanan olahan daerah seperti lawar, jukut nangka bahkan aneka masakan padang, bisa tidak basi hingga 12 jam lebih. Di mana umumnya makanan akan mengalami perubahan warna, rasa dan bau akibat meningkatnya aktifitas mirkoba bila dibiarkan begitu saja di suhu ruang. Kandungan flavonoid dan fenol yang banyak ditemukan pada rempah juga berperan sebagai antioksidan, dengan menangkap radikal bebas berbahaya dalam tubuh. Begitu banyaknya manfaat dari rempah-rempah untuk merawat kesehatan. Sungguh, bangsa kita amatlah terbekati.
Perbanyak Rempah, Kurangi Garam
Meskipun memiliki senyawa bioaktif, namun kontribusi rempah-rempah terhadap penyakit tidak langsung terjadi signifikan. Manfaatnya lebih efektif dirasakan pada saat mengolah makanan, seperti untuk memaksimalkan kandungan zat gizi, menurunkan racun pada makanan, atau mempertahankan mutu makanan. Seperti untuk menurunkan konsumsi garam, para ahli menyarankan untuk menambahkan banyak rempah-rempah ke dalam makanan. Rempah-rempah menjadi win-win solution untuk menjadikan makanan lebih sehat dan tetap memiliki rasa yang enak.