Penulis :
Destria Ayu (Psikologi) / Ilmu Komunikasi Untag Surabaya
Dosen :
Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si
Sebelum menjelaskan lebih jauh, temen-temen tau nggak apa arti dari bias gender? Sini-sini aku jelasin ya
Jadi, bias gender merupakan kecenderungan atau prasangka terhadap jenis kelamin tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan gender (Maulana Khusen, 2014:120). Bias gender terjadi karena adanya kondisi yang memihak dan membedakan salah satu gender sehingga menyebabkan diskriminasi gender.
Bias gender terkadang terbentuk tanpa disadari, loh. Ketika seseorang mengaitkan sikap dan stereotip tertentu dengan orang atau kelompok tertentu, tanpa sadar sebenarnya orang itu telah melakukan bias gender.
Perilaku bias gender muncul karena ketidakadilan gender akibat sistem dan struktur sosial yang menempatkan kaum laki-laki ataupun perempuan pada posisi yang berbeda dan merugikan. Misalnya laki-laki secara sosial dianggap lebih mampu, kompeten, dan lebih unggul daripada perempuan. Di sisi lain, perempuan dianggap lemah, tidak berdaya, dan tidak mampu dibandingkan laki-laki.
Contoh bias gender juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari loh temen-temen. Misalnya, perempuan yang pulang malam dianggap sebagai perempuan “nggak bener”, sedangkan laki-laki yang pulang malam dianggap biasa saja. Contoh kedua, merokok hanya diperbolehkan bagi kaum laki-laki sedangkan perempuan yang merokok dicap sebagai “cewek nakal”.
Menurut Fakih (2008:13) ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan yang terjadi diberbagai tingkatan masyarakat. Manifestasi ketidakadilan ini tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dan berhubungan, serta saling mempengaruhi secara dialektis.
Lalu, hubungannya dengan karya sastra apa ya? Memangnya di karya sastra juga ada bias gender? Kan itu cuma tulisan aja!
Eitsss, ada dong. Kenapa ya kira-kira?
Karena, persoalan-persoalan yang diangkat oleh pengarang dalam karya sastra tidak lepas dari pengalaman nyata dan kehidupan sehari-hari, sobat. Keberagaman masalah gender dalam karya sastra sama halnya dengan masalah yang muncul di dalam masyarakat yakni bias gender yang mengakibatkan marginalisasi terhadap perempuan. Feminisme menunjukkan bahwa sistem sosial masyarakat modern dimana memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriaki yang sangat kental.
Sebagai contoh
Novel Perempuan Berkalung Sorban
Karya : Abidah El Khalieqy
Berkisah tentang seorang perempuan bernama Annisa yang selalu dibedakan dengan kakak-kakaknya bahkan pendapatnya pun tidak pernah di dengar, Annisa merasa bahwa adanya ketidak adilan antara kaum laki-laki dan perempuan dimana kaum perempuan tidak boleh melebihi kaum laki-laki dalam segala hal, dan wanita harus tunduk dan patuh kepada kaum laki-laki. Bahkan ketika menikah pun, Annisa diperlakukan kasar oleh suaminya.
Marginalisasi terhadap perempuan
“Tidak seperti Wildan dan Rizal yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola, dan main layang-layang, sementara aku disekap di dapur untuk mencuci kotoran bekas makanan mereka, mengiris bawang hingga mataku pedas demi kelezatan dan kenyamanan perut mereka”
Stereotip terhadap perempuan
“…… keakrabanmu dengannya akan menimbulkan kecurigaan masyarakat. Terlebih sekarang ini. Ingatlah, bahwa kau adalah seorang janda, Nisa. Dan statusmu itulah yang membuat pikiran orang dalam menilaimu. Jika sedikit saja kau lengah, mereka akan berebut menggunjingkanmu”
Diambil dari beberapa percakapan pada novel Perempuan Berkalung Sorban diatas, secara tidak langsung menunjukkan bahwa adanya bias gender karena keberpihakan pada suatu kaum sehingga membuat kaum lainnya merasa tidak adil dan dirugikan.
Fakih (2010:8) menjelaskan bahwa ketidakdilan gender terjadi karena adanya pendapat yang salah terhadap jenis kelamin dan gender. Di masyarakat luas selama ini terjadi pengakuan pemahaman yang kurang tepat mengenai konsep gender. Adapun yang disebut gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Pada budaya Indonesia, masih terlihat adanya ketimpangan posisi antara perempuan dengan laki-laki. Hal ini seolah memang telah mengakar dan menjadi sebuah kebiasaan. Berbicara perihal perempuan terkait dengan gender tidak dapat terlepas dari konstruksi sosial yang mengatur dan menempatkan perempuan pada posisi yang berbeda dengan laki laki (Derana, 2016)
Jadi, isu bias gender memang seringkali terjadi pada kehidupan masyarakat. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, pada novel atau karya sastra pun juga sering ditemukan adanya isu bias gender pada perempuan. Dilihat dari persoalan yang terdapat dalam novel Indonesia saat ini tidak sedikit yang mengisahkan permasalahan perempuan khususnya permasalahan gender yang acap kali disuguhkan dan mengkritik sebagian pembaca.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI