Mohon tunggu...
destri yana
destri yana Mohon Tunggu... -

editor online, pecinta kuliner ndeso, dan hobi bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Aduhai, Nikmatnya Nasi Pecel Bu As!

17 September 2013   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pakai sambal Tumpang atau sambal pecel?” tanya wanita paruh baya itu. “Sambal pecel.” “Saya dua-duanya bu,” pembeli lain menimpali. Wajah ramah-tamah Murtini membuat pelanggannya betah berlama-lama mengantre. Meski usianya tak lagi muda, 72, ibu lima anak ini masih setia melayani pelanggannya. Buka dari pukul 06.00 sampai 10.00 (habis), warung nasi pecel Bu As yang didirikan Murtini sejak tahun 1978 itu, kini diwariskan kepada putrinya, Yuli. Walau begitu, ia tetap membantu mempersiapkan pecel di dapur dan ikut melayani pelanggan. Resep pecel yang diwariskan Murtini kepada putrinya, didapatnya dari ibunya, Masripah - atau biasa disapa Bu As. Sejak kecil, wanita kelahiran 7 Agustus 1941 itu telah diajak ibunya berjualan di depan rumah. Saat itu dagangan Murtini dan ibunya tidak hanya terbatas pada pecel, melainkan juga jajanan pasar. Berangkat dari situ, Murtini yang kemudian mewarisi bakat memasak dari ibunya, mencoba membuka warung nasi pecel sendiri. Tak disangka, warung nasi pecel yang bertempat di jalan Lawu 47, Pare, Kediri, itu kini menjadi primadona. [caption id="attachment_288859" align="aligncenter" width="500" caption="Murtini (kiri) dan putrinya, Yuli (kanan)"][/caption] Nasi sambal pecel dan Tumpang Untuk pelanggan, Murtini tak pernah pilih-pilih. Pelanggannya datang dari berbagai lapisan, mulai dari tukang becak hingga pejabat. Semua dilayaninya dengan baik tanpa pandang bulu. Keistimewaan nasi pecel Murtini sendiri berasal dari racikan bumbu pecelnya. Pecel buatannya memiliki cita rasa pedas dan gurih. Satu porsi nasi pecel dibanderol Rp 4.000-6.000, yang berisi peyek, nasi, tahu, tempe, dan sayur-mayur (kangkung, kenikir, kecambah, atau sawi putih). Warung nasi pecel Bu As juga mengusung menu lain, yakni nasi sambal Tumpang. Tumpang atau juga disebut sambal Tumpang, adalah makanan khas Kediri yang terbuat dari tempe yang telah dibusukkan atau tempe bosok, lalu  dimasak dan dicampur dengan beraneka bumbu seperti lombok, bawang, garam, dan bumbu lainnya. [caption id="attachment_288861" align="aligncenter" width="500" caption="Nasi sambal pecel Kediri"]

137938899318093548
137938899318093548
[/caption] Perbedaan pecel Kediri, Madiun, dan Blitar Sejak dulu, pecel telah menjadi warisan kuliner nusantara, khususnya di Jawa Timur. Selain Kediri, Madiun dan Blitar juga merupakan Kota Pecelnya Jawa Timur. Menariknya, ketika ditanya soal perbedaan pecel di Madiun, Kediri, dan Blitar, Murtini dengan lugas menjawab, “Bedanya cuma di lidah. Enak itu kan relatif. Enak bagi orang Kediri, belum tentu enak bagi orang Madiun ataupun Blitar. Begitu juga sebaliknya.” Bagi Murtini, semua kuliner khas daerah punya keunggulannya masing-masing. Soal enak atau tidak enak, semua itu tergantung selera. Selain itu, menurut dia, orang Kediri lebih suka sambal pecel yang lembut, asin, pedas, dan banyak rempah. Maka jangan heran, jika bumbu sambal pecel Murtini punya rasa rempah yang kuat. Rahasia bumbu pecel tahan lama Untuk tetap menjaga rasa, Murtini memperhatikan betul komposisi bumbu buatannya, karena selain berjualan nasi pecel di warung, ia juga menerima pesanan bumbu pecel. Di sela-sela menjajakkan dagangannya, Murtini yang ditemui di kediamannya di Pare, Kediri, mengatakan bahwa rahasia bumbu pecelnya bisa awet lama adalah karena proses memasaknya. [caption id="attachment_288862" align="aligncenter" width="500" caption="Warung nasi pecel Bu As"]
1379389056502632436
1379389056502632436
[/caption] Kacang yang digunakan untuk membuat bumbu pecel harus disangrai terlebih dulu di atas wajan tanah liat. Ini dilakukan agar kulit kacang terkelupas dengan sempurna. Proses tersebut membuat bumbu pecel tidak gampang basi dan tahan lama. Lalu kacang diberi rempah dan ditumbuk dengan alu (alat penumbuk yang terbuat dari kayu) hingga lembut. Proses panjang itulah yang akhirnya memunculkan rasa khas dari bumbu pecel Kediri buatan Murtini. Semoga keuletan dari Murtini dan pedagang kuliner tradisional lainnya bisa menjadi pelopor untuk pelestarian warisan kuliner nusantara, sehingga generasi mendatang tidak hanya melek teknologi, melainkan juga melek budaya. Untuk memperdalam pengetahuan tentang budaya dan mengenal berbagai tujuan wisata di tanah air, kunjungi terus situs Indonesia Travel. Di sini, kalian bisa memperkaya pengetahuan tentang tradisi, kuliner, objek wisata, dan berbagai informasi lainnya mengenai Indonesia. Mari lestarikan warisan kuliner nusantara! Kalau bukan kita, lantas siapa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun