Mohon tunggu...
desto prastowo
desto prastowo Mohon Tunggu... -

Seorang PNS di Jateng

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bisingnya Bahasa Indonesia

16 September 2012   04:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:24 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Miris. Mungkin kata yang mendekati tepat untuk menggambarkan derita bahasa indonesia karena penggunaan yang serampangan dan destruktif. Kenapa serampangan? Karena bahasa Indonesia yang sering kita gunakan secara lisan dan tulis telah ‘dinodai’ dengan berbagai macam istilah, prokem yang tidak jelas juntrungnya. Kenapa destruktif? Karena dengan berbagai macam atribut dan gaya baru; semisal bahasa gaul, bahasa Indonesia menjadi rusak sehingga susah untuk dipelajari oleh bangsa lain. Padahal kita semua tahu, perkembangan budaya suatu bangsa simetris dengan perkembangan dan penyebarluasan bahasa-nya.

Bangsa-bangsa lain, misal Spanyol, Portugis, Perancis, Jepang dan Korea berupaya keras menyebarkan hegemoni-nya melalui bahasa yang berarti pula penyebaran budaya. Bahasa Perancis adalah salah satu bahasa paling penting dari kelompok Bahasa Roman setelah Bahasa Spanyol dan Bahasa Portugis. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang paling banyak dituturkan ke-11 di dunia. Hingga tahun 1999, bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 77 juta penduduk di dunia sebagai bahasa ibu dan oleh 128 juta jiwa lainnya sebagai bahasa kedua. Bahasa Perancis juga dipakai sebagai bahasa resmi atau bahasa pemerintahan oleh beberapa komunitas dan organisasi; seperti Uni Eropa, IOC, PBB dan FIFA (sumber Wikipedia.org). Perancis telah membangun lembaga-lembaga bahasa dan budaya di berbagai negara guna semakin mengentalkan budayanya.

Kini, masyarakat dari berbagai belahan dunia belajar Bahasa Korea bahkan berwisata kesana karena kedahsyatan K-Pop-nya. Para penggemar K-Pop pada akhirnya tidak akan kecewa saat belajar bahasa Korea agar lebih dekat dengan industri entertainment yang semakin menggurita, karena bahasa Korea mampu menjaga orisinalitasnya. Mereka tidak akan bingung seperti bingungnya mereka jika belajar bahasa Indonesia yang kita saja bingung dibuatnya. Sebenarnya Bahasa Indonesia termasuk mudah dipelajari namun menjadi sulit karena telah rusak oleh kebisingan bahasa prokem dan gaul. Semisal penggunaan kata-kata elo, gue, secara dan penambahan nge-in dalam setiap kata kerja, seperti; ngelakuin, ngeliatin dan masih banyak lagi.

Menyadari hal itu, dunia pendidikan harus menjadi motor penggeraknya. Kuatkan materi bahasa terutama dalam hal kemampuan tulis dan tetap menjaga penggunaan dalam lisan. Bahasa tulis memiliki rasa dan daya ingat yang lebih kuat dibanding bahasa lisan sehingga paradigma pembelajaran harus memberi porsi yang seimbang. Sebab jika selama ini, dalam pelajaran Bahasa Indonesia seringkali materi mengarang hanya menjadi pelengkap penderita, maka kini harus diubah menjadi primadona.

Berikutnya, demi menjaga karakter bangsa kita, mari mulai dari kita masing-masing untuk menjaga Bahasa Indonesia tetap sesuai tatanannya, baik kosa kata maupun penggunaannya. Dari masing-masing kita jika bersedia memperbaiki maka akan menjadi sebuah gerakan massif yang bisa menjalar ke seluruh Indonesia guna mengembalikan wajah asli bahasa pemersatu ini dan menjaga ke-baku-annya hingga saat warga negara lain yang berhasrat mempelajarinya menjadi tidak bingung dibuatnya. Dengan masing-masing dari kita menjaga kemurnian bahasa nasional ini, maka kita telah berkontribusi dalam menjaga keutuhan NKRI, sebab Bahasa Indonesia seperti tersebut dalam Sumpah Pemuda merupakan salah satu pilar pemersatu bangsa. Siapa lagi yang akan mencintai dan menjaga bahasa ini, kalau tidak kita sendiri? Maka yang terpenting adalah mulailah lakukan sekarang juga!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun