Mohon tunggu...
AmariaRisyaR
AmariaRisyaR Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tinja Cemari Ciliwung

16 Februari 2019   09:11 Diperbarui: 16 Februari 2019   12:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

METROPOLITAN --  "Uuuuh bau nih..." Mungkin kalimat ini yang akan dilontarkan saat menyusuri pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung di Kota Hujan. Ada sekitar 14 kelurahan yang dilintasi kali pembuat banjir DKI itu. Jalanan sempit dan berliku berukuran 11 meter itu menemani wartawan koran ini saat menjelajah bantaran sungai tersebut.

Benda putih nan mulus berbentuk silinder yang akrab disapa paralon nampak begitu familiar di sepanjang bantaran sungai. Ya, ini memang sudah menjadi pemandangan lazim masyarakat bantaran sungai. Semua itu lantaran penduduk tidak memiliki septic tank dan harus membuang kotorannya ke sungai. Bukan cuma kotoran manusia, limbah rumah tangga pun dibuang ke sungai ini.

Pemerintah di bawah nakhoda Bima Arya sejak 4 Februari lalu telah menugaskan Satuan Tugas (Satgas) Kancra melakukan normalisasi Sungai Ciliwung. Pelantikannya pun unik. Ada sekitar 37 petugas disumpah di bawah jembatan Sempur, tepatnya di bantaran Sungai Ciliwung, berikrar menormalisasi sungai.

Tak hanya sampah yang kerap menjadi masalah. Pemerintah Kota Bogor juga dihadapkan pada perilaku hidup bersih masyarakatnya. Semua ini bisa terlihat dari ribuan masyarakat di 14 kelurahan yang tidak memiliki septic tank. Alhasil, Sungai Ciliwung terindikasi mengandung limbah e-Coli dari kotoran masyarakat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Ade Nugraha, mengatakan, pemukiman di bantaran sungai seharusnya ditata, dengan mencontoh pola yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Di mana setiap rumah di pinggir sungai wajib menghadap area tersebut. Akibatnya, masyarakat akan membuat septic tank daripada harus membuang limbah ke kali. "Kalau tinja dibuang ke sungai, kemungkinan ada bakteri e-Coli di sana," katanya.

Berdasarkan rapat koordinasi dengan wali kota dan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, pemerintah akan membuat septic tank komunal di beberapa titik pemukiman di pinggir sungai. "Ada 81 titik tumpukan sampah. Di mana setiap titik ada 1 kubik sampah per hari. Makanya dibentuk Satgas Ciliwung yang setiap hari memantau agar tidak ada warga yang membuang sampah ke sungai," jelasnya.

Sementara untuk memastikan kadar pencemaran di sungai tersebut, DLH melalui Bidang Pengendalian dan Pencemaran Air Udara dan Lahan telah mengambil sampel air Ciliwung pada tiga titik. Yakni, Katulampa, Sempur dan Kedunghalang.

"Kami sedang melakukan uji laboratorium untuk mengetahui kadar pencemaran di sungai itu. Diperkirakan hasilnya baru bisa diketahui bulan depan," ujar staf Bidang Pengendalian dan Pencemaran Air Udara dan Lahan, Etty. Menurut Etty, keberadaan bakteri e-Coli di Ciliwung bisa saja tumbuh subur lantaran rumah di kawasan tersebut tak memiliki septic tank dan membuang limbah langsung ke sungai. "Karena itu, kami uji laboratorium airnya secara nonorganik, organik, kimia, fisika dan mikrobiologi untuk mengetahui apakah ada bakteri e-Coli di Sungai Ciliwung," katanya.

Berdasarkan data yang dimiliki Komunitas Peduli Ciliwung, ada beberapa kelurahan yang warganya diketahui tidak memiliki tangki septik tank. Di Kelurahan Sindangrasa, 183 keluarga diketahui tidak memiliki saluran pembuangan tinja. Kondisi serupa terjadi di Kelurahan Katulampa (360 keluarga), Kelurahan Tajur (257 keluarga), Kelurahan Baranangsiang (514 keluarga), Kelurahan Sukasari (663 keluarga), Kelurahan Babakanpasar (663 keluarga), Kelurahan Sempur (828 keluarga), Kelurahan Bantarjati (803 keluarga), Kelurahan Tanahsareal (113 keluarga), Cibuluh (918 keluarga), Kelurahan Kedungbadak (188 keluarga), Kelurahan Kedunghalang (157 keluarga) dan Kelurahan Sukaresmi (5 keluarga). (ads/d/yok/py)

Sumber : http://www.metropolitan.id/2019/02/tinja-cemari-ciliwung/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun