Mohon tunggu...
Desti Rismaya
Desti Rismaya Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobi membaca, dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Kerajaan Mataram

15 Juli 2023   13:49 Diperbarui: 15 Juli 2023   15:59 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rangkai Mataram sang ratu Sanjaya

Menurut prasasti di desa lebak kecamatan magelang di lereng gunung Merbabu yang lebih dikenal dengan nama prasasti Tuk Mas, prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang besar yang berdiri di dekat suatu mata air hurufnya pallawa yang tergolong muda, dan bahasanya sansakerta. Menurut Analisa paleografi dari Krom prasasti ini berasal dari pertengahan abad VII M isinya pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung menjadi sebuah suangai yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batu-batu bagaikan sungai gangga. Dia atasnyapun tidak luput dipahatkan bermacam-macam Laksana dan alat-alat upacara antara lain cakra, sanka, trisula, kundi, kapak, gunting, kudi, dolkmes, staf dan empat bunga padma.laksana-laksana itu jelas menunjuk agama siwa dan sumber air tersebut dianggar sebagai sumber air yang suci.

Prasasti yang kedua ialah prasasti canggal yang berasal dari halaman percandian di atas gunung Wukir di kecamattan salam (Magelang). Prasati ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansakerta serta berangka tahun 654 saka (6 Oktober 732 M). dalam bait pertama diberitakan bahwa raja Sanjaya telah mendirikan lingga di atas bukit pada tanggal 6 Oktober tahun 732 M. lima bait berikutnya berisikan pujian-pujian kepada siwa, brahma.na dan wisnu dengan catatan untuk siwa sendiri tersedia tiga bait, bait ke-7 memuji pulau-pulau jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum dan kaya akan tambang emas. Di pulau jawa itu terdapat sebuah bangunan tempat pemujaan siwa yang sangat indah, untuk kesejahteraan dunia dengan dikelilingi oleh sungai-sungai yang suci yang terletak di daerah Kunjarakunja.

Dari prasasti itu dapat kita ketahui bahwa pada tahun 732 M raja Sanjaya jelas beragama siwa telah mendirikan sebuah lingga di atas bukit. Mungkin bangunan lingga itu adalah candi yang hingga kini masih ada sisa-sisanya di atas gunung wukir, mengingat memang prasasti berasal dari halaman percandian itu Hal itu diperkuat dengan kata-kata bait ke-9 yang menerangkan mangkatnya raja sanna yang gugur dalam peperangan karena diserang oleh musuh yang memnyebabkan Sanjaya Kembali ke atas kerajaan karena mungkin sekali Sanna, Sannaha dan Sanjaya adalah keturunan Daputa Salendra sehingga merekapun masuk ke Wangsa Sailendra. Diperkuat oleh prasasti Mantyasih yang berisi daftar raja-raja yang mana menyebutkan Sanjaya adalah raja pertama kerajaan Medang.

Akibat dari serangan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan, maka setelah Sanjaya dilantik sebagai raja, perlu dibangun istana baru yang disertai candi untuk pemujaan lingga kerajaan, hal ini mungkin berkaitan dengan. Dikatakan juga bahwa Sanjaya telah menaklukan raja-raja di sekelilingnya raja-raja yang dimaksud adalah raja pada kerajaan kecil yang semasa keruntuhan Sanna tidak mengakui kemaharajaan Sanjaya dan membuat mereka Kembali mengakui kemaharajaannya.

Perpindahan Ho-ling ke timur

Munculnya prasasti Hamparan dan Sankhara berbarengan dengan perpindahan Ibu Kota kerajaan Ho-ling Sep'o-tch'eng ke p'o-lu-chia-sse seperti dikatakan pada berita-berita cina yang mana menyebutkan bahwa nenek moyang raha Ho-ling yang bernama kyen telah memindahkan ibu Kotanya ke timur. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud ialah Rakai Watukura Dyah Balitung yang memerintah antara tahun 899-911 M.

Para sejarawan cenderung menghubungkan berita perpindahan itu dengan prasasti Diyono di daerah malang berangka 612 saka yang berisikan tentang peringatan pembuatan arca Agastya dari batu hitam dengan bangunan candinya sebagai pengganti arca Agastya yang telah dibuat oleh nenek moyang dari kayu cendana oleh gajayana yang merupakan anak dari raja Dhewa Shinga yang kemudian memimpin kerajaan Kanjuruahan.

Poerbatjaraka mendefinisikann gajayana sebagai kiyen di dalam berita-berita cina yang memindahkan pusat kerajaan Ho-ling ke timur, namun kebenarannya diragu99999kan karena adanya prasasri Diyono. Kerajaan kanjuruhan tidak berkembang lama karena ditaklukan oleh kerajaan mataram yang menjadikan penguasa sebagai bahawan bergelar Rakaryan yang sesuai dengan prasasti Watu Kura Dyah Balitung. Mungkin sekali memang Rakai Watukuta yang menaklukan kanjuran, karena dari raja ini terdapat prasasti iKubu Kubu tahun 827 saka yang menyebutkan bahwa pada zaman pemerintahannya telah terjadi penyerangan ke Banten dan Banten dapat dikalahkan, berdasarkan nama-nama tempat yang lain di dalam prasasti itu mungkin banten itu harus di cari ke daerah Jawa timur.

Daftar Pustaka

Poespa, Mawrwati Djoened, Nugroho Noto Susanto.1993.Sejarah Nasional Indonesia II Edisi ke-4. Jakarta : Balai Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun