STE(A)M menjadi pembicaraan yang mulai marak di Indonesia. Khususnya dalam dunia pendidikan. STE(A)M mendapatkan perhatian untuk diintegrasikan pada pembelajaran dari tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA. Berbagai upaya dilakukan guru untuk dapat memahami konsep pembelajaran STE(A)M ini.Â
Sayangnya masih banyak guru yang hanya melihat STE(A)M sebagai pembelajaran yang dekat dengan sains, berupa percobaan-percobaan. Padahal STA(A)M harus dilihat dalam satu kesatuan yang terintegrasi diantara bidang-bidang pendukungnya.Â
Sebenarnya, STE(A)M bukanlah suatu hal yang baru. STE(A)M sudah ada sejak dahulu, sejak kita semua masih kanak-kanak. Apa ang kita mainkan di masa kecil, sesungguhnya mengandung konsep STE(A)M, hanya tidak kita sadari. Dasar STE(A)M adalah rasa ingin tahu dan penasaran alami ini telah ada sejak usia kita masih belia.
Pembelajaran STE(A)M di PAUD
STE(A)M adalah cara berpikir, sebuah pendekatan yang mengajak anak untuk selalu ingin mencari tahu, mengeksplorasi dan menemukan jawaban. STEM bukan sekadar materi pembelajaran dan bukan sesuatu yang dapat direncanakan. STE(A)M adalah sumber dimana akan ditemukan hubungannya dengan berbagai kegiatan pembelajaran. Apabila cara berpikir STE(A)M telah terbangun, maka anak akan memiliki kebiasaan berpikir STE(A)M.
Prinsip-prinsip pembelajaran  STE(A)M:
- Belajar melalui bermain (play based learning)
- Berkaitan dengan kehidupan nyata anak
- Berbasis pada pembelajaran inkuiri (inquiry based learning)
- Melekat pada kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan dan minat anak
- Potensi mengintegrasikan 4 atau 5 bidang sains, teknologi, engineering, arts dan matematika pada aktivitas keseharian anak
- Komunikasi guru dan anak yang mengaktifkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order of Thinking Skills)
- Pembelajaran memungkinkan dilanjutkan sampai anak menemukan solusi
Bagaimana merancang pembelajaran STEM?
Kurikulum yang terintegrasi dengan STEM sering berada di seputar scientific inquiry, karena itu STEM harus dibangun dari rasa ingin tahu anak, dari rasa ingin tahu anak akan bertanya, melakukan eksplorasi, dan menarik kesimpulan seperti layaknya seorang scientist. Guru sebagai fasilitator, tinggal menyediakan material yang menarik anak, yang menantanganak untuk mengeksplorasi dan mempelajarinya.Â
Guru selanjutnya menggali pertanyaan anak lebih jauh, memperluasnya untuk mencari jawaban atas pertanyaan anak. Ketika anak bertanya dan diajak mencari jawabannya, maka anak akan terlibat secara aktif dalam melakukan proses pencarian jawaban.
Komponen dari scientific inquiry sebagai berikut:
- Menduga (predicting)
- Mengamati (observing)
- Mencoba (experimenting)
- Membandingkan (comparing)
- Mengukur (measuring)
- Menyimpulkan (inferring)
- Mengomunikasikan (communicating)
STEAM dan HOTS