Mohon tunggu...
Desti Ratna Sari
Desti Ratna Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru TK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Habits atau Kebiasaan bagi Anak Usia Dini

9 November 2022   19:12 Diperbarui: 9 November 2022   19:25 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengaruh kebiasaan (Habit) bagi Anak Usia Dini

Habits adalah rutinitas atau kebiasaan yang dilakukan secara reguler (dan biasanya otomatis). Habits adalah segala sesuatu yang biasanya dilakukan tanpa berpikir terlebih dahulu atau suatu aktifitas yang terus menerus kita lakukan hingga menjadi bagian dari hidup karena dilakukan secara berulang-ulang.

Habits atau kebiasaan terbagi menjadi 2, yakni: kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. Kebiasaan yang baik, kita rasa tidak ada masalah baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Sedangkan kebiasaan buruk, selain merugikan diri sendiri juga dapat mengganggu dan merugikan orang lain.

Kebiasaan negatif negatif perlu dirubah agar menjadi positif, Anak Usia Dini adalah masa dimana paling tepat dalam menanamkan kebiasaan dan perilaku positif untuk bekal masa depan manusia.

Berikut beberapa contoh kebiasaan negatif Anak Usia Dini:

  • Mengupil, menjilat ingus
  • Menjilat benda aau makanan kotor
  • Menggaruk bagian-bagian tubuh tertentu yang dirasa kurang sopan
  • Menggunakan lengan baju sebagai sapu tangan
  • Buang air di kolam renang
  • Mengunyah makanan sambil berbicara, mulut terlalu penuh, mengunyah sampai berbunyi
  • Mengupas luka
  • Kentut sembarang, bersendawa, tertawa dengan keras, dll

Jika hal-hal buruk tersebut tidak segera ditangani, maka bisa berakibat akan terus dilakukan sampai anak dewasa dan menjadi kebiasaan atau habits yang negatif.

Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua, guru maupun orang dewasa dalam membantu merubah kebiasaan negatif anak agar menjadi kebiasaan yang positif:

  • Tidak bereaksi secara berlebihan. Orang tua kerap bereaksi berlebihan saat anak melakukan hal buruk, mereka sering membentak, memarahi anak di depan umum, hal tersebut bukan menjadi solusi tepat, bahkan hanya menambah keadaan menjadi lebih buruk. Anak merasa malu dan takut. Hal ini sebaiknya dihindari dan jangan sampai dilakukan.
  • Komunikasi yang baik. Para orangtua sebaiknya tahu kapan waktu yang tepat dalam mengkomunikasikan pendidikan karakter untuk anak. Saat anak dirasa tenang dan dalam keadaan suasana hati sedang baik, saatnya orang tua mengajak anak untuk mendiskusikan hal-hal positif yang dapat dilakukan dan hal negatif yang tidak boleh dilakukan disertai penjelasan kenapa hal tersebut boleh / tidak boleh dilakukan. Konsekuensi apa yang akan didapat anak jika hal tersebut dilakukan agar anak dapat berfikir secara kritis akibat dari perbuatan yang ia lakukan.
  • Konsisten. Kebiasaan positif yang kita tanamankan ke anak, bukan hanya menjadi tugas si anak, namun juga tugas kita sebagai orang tua untuk terus berpartisipasi aktif dalam mengingatkan, bahkan kita sendiri juga harus ikut dalam melakukan hal positif tersebut. Karena bisa jadi kita yang menjadi model yang ditiru anak. Bahkan ini bukan bukan yang mudah, kita sebaiknya secara konsisten dan kontinyu dalam mendampingi anak untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi
  • Hindari kekerasan fisik. Kekerasan fisik dalam bentuk apapun tidak diperbolehkan, anak yang mengalami kekerasan fisik, kesehatan mental nya dapat terganggu, setiap mengalami kekerasan, sel-sel syaraf kecerdasan yang ia miliki dapat  berkurang bahkan mati, hal tersebut sangat perlu kita hindari. Sedangkan anak yang diberi kebahagiaan akan tumbuh secara sehat dan sel-sel syarat otaknya akan semakin terhubung dan kuat.

Tiga langkah untuk membentuk habit baru:

  • Awali dari hal sederhana atau kecil. Mengawali segala sesuatu dari hal yang paling sederhana atau kecil akan memudahkan kita dalam melakukan hal-hal positif, karena memulai hal baru adalah aktifitas yang tidak mudah. Kemudian jika kita telah mampu dengan hal baru tersebut, maka selanjutnya lakukan secara konsisten.
  • Waktu habit yang tepat. Kita harus mampu menemukan kapan habits baru yang akan kita lakukan di waktu yang tepat. Misalnya, kita menginginkan habits mengaji ketika setelah sholat Magrib, atau kita boleh menentukan kapan waktu yang dirasa cocok untuk kebutuhan mengaji kita, karena tiap orang memiliki waktu yang berbeda dalam kecocokan melakukan kegiatan.
  • Berlatih secara tekun. Awalnya mungkin kita merasa berat, selain itu karena kebiasaan yang baru kita  juga terkadang lupa melakukannya. Solusinya, kita dapat membuat catatan  atau tulisan yang  mampu mengingatkan kita akan kebiasaan baru tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun