Mohon tunggu...
Destin Agustiyas Minhar
Destin Agustiyas Minhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi unair fakultas vokasi

hobi saya menyanyanyi, saya memiliki kepribadian yang random

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Globalisasi Dalam Pariwisata yang Menjadi Tantangan Pelestarian Budaya Lokal

6 Juni 2024   23:20 Diperbarui: 6 Juni 2024   23:35 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam sektor pariwisata. Sebagai fenomena yang menghubungkan dunia secara lebih dekat, globalisasi memungkinkan orang untuk bepergian dengan lebih mudah dan cepat ke berbagai belahan dunia. Di satu sisi, hal ini memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi banyak negara, namun di sisi lain, globalisasi dalam pariwisata juga membawa tantangan tersendiri bagi pelestarian budaya lokal. 

Globalisasi memungkinkan akses yang lebih mudah dan cepat ke berbagai destinasi wisata di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah wisatawan internasional yang mengunjungi berbagai negara, membawa dampak ekonomi yang signifikan. Pariwisata kini menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dengan kontribusi besar terhadap perekonomian negara-negara tujuan wisata. 

Contohnya, pariwisata menyumbang sekitar 10% dari PDB dunia dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang. Daerah yang dulunya terpencil kini dapat berkembang menjadi destinasi wisata terkenal, seperti Bali di Indonesia, yang telah menjadi ikon pariwisata internasional berkat arus wisatawan dari seluruh dunia. 

Pariwisata memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan taraf hidup mereka melalui peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan ekonomi lokal (Widianti, 2022).

Namun, di balik manfaat ekonomi yang besar, globalisasi dalam pariwisata membawa tantangan besar dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal. Salah satu tantangan terbesar adalah erosi identitas budaya. 

Globalisasi sering kali membawa budaya dominan yang dapat menggerus identitas budaya lokal. Masuknya budaya asing, baik melalui media maupun langsung dari para wisatawan, dapat menyebabkan generasi muda lebih tertarik pada budaya asing daripada budaya mereka sendiri. Tradisi, bahasa, dan adat istiadat lokal yang telah diwariskan turun-temurun berisiko terlupakan dan ditinggalkan. Misalnya, di beberapa daerah wisata, bahasa lokal mulai jarang digunakan karena generasi muda lebih memilih menggunakan bahasa asing yang dianggap lebih modern dan bergengsi.

Selain erosi identitas budaya, komersialisasi budaya juga menjadi tantangan yang signifikan. Dalam upaya menarik wisatawan, budaya lokal sering kali dikomersialkan dan dijadikan atraksi wisata. Tarian, upacara adat, dan kerajinan tangan yang awalnya memiliki makna sakral dan mendalam bisa berubah menjadi pertunjukan semata tanpa memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Akibatnya, esensi asli dari budaya tersebut bisa hilang dan hanya menyisakan bentuk luarnya saja. Misalnya, tarian-tarian tradisional yang seharusnya dipentaskan dalam konteks upacara adat kini sering kali dipertunjukkan di hotel-hotel atau restoran hanya untuk menghibur wisatawan, tanpa memperhatikan makna dan konteks budayanya (Made Pira Erawati, 2019).

Tantangan lainnya adalah tekanan pada lingkungan dan situs-situs warisan budaya. Peningkatan jumlah wisatawan memberikan tekanan besar pada lingkungan alam dan situs bersejarah. Pencemaran, kerusakan situs bersejarah, dan degradasi lingkungan alam adalah beberapa dampak negatif dari pariwisata massal. 

Contohnya, peningkatan kunjungan ke Taman Nasional Komodo di Indonesia telah menyebabkan kerusakan ekosistem dan mengancam keberadaan komodo itu sendiri. Wisatawan yang tidak bertanggung jawab sering kali meninggalkan sampah, merusak terumbu karang, dan mengganggu habitat satwa liar, sehingga mengancam kelestarian alam dan warisan budaya (Kazunobu, 2022).

Arus pariwisata juga dapat membawa perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Ketergantungan pada industri pariwisata bisa membuat masyarakat lokal rentan terhadap fluktuasi jumlah wisatawan, yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, bencana alam, atau situasi politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun