Mohon tunggu...
Desti Noer Ambarwati
Desti Noer Ambarwati Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Jangan lupa bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Malu dengan Diriku Sendiri

6 Januari 2021   21:47 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:56 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu ketika aku mengenal apa itu cita-cita, aku selalu bermimpi menjadi seorang guru di kemudian hari. Hingga aku menginjak dewasa dan memasuki masa putih abu, cita-cita ku masih tetap sama, guru.

Sempat berfikir menjadi seorang guru adalah hal yang paling menyenangkan. Mereka selalu di idolakan oleh para muridnya. Aku selalu berkhayal nanti aku ada di posisi mereka. Tapi terkadang, akupun berfikir bahwa menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, mereka harus mempunyai rasa sabar yang begitu besar, mengasihi serta mendidik anak yang memiliki karakter masing-masing.

Orang bilang, "jangan mau jadi guru, gaji nya kecil", "guru udah banyak, ngapain jadi guru", sempat terbesit di pikiran "iya juga ya", tapi seseorang menyadarkan ku dan membuat hatiku keukeuh bahwa memang guru lah yang pantas menjadi cita-cita ku. Entah kenapa aku tidak peduli orang lain berkata abc yang pasti menurutku, menjadi seorang guru adalah anugerah terindah dunia akhirat.

Walupun pada akhirnya aku tidak bisa menjadi seorang guru. Ya, aku tidak bisa kuliah karena faktor ekonomi dan kurangnya dukungan keluarga. Karena aku terlahir dari keluarga yang terbelah dua. Aku malu dengan guru-guruku yang selalu mendukung ku ketika di kelas, mereka berharap besar akan kesuksesanku. Tapi aku tidak bisa, maksudnya belum bisa mewujudkannya.

Aku tak pandai menulis apalagi merangkai kata-kata puitis, karena aku memang bukan hobi menulis. Tapi dengan menulis setidaknya aku sudah meluapkan semua kegelisahan ku, emosi ku kedalam rangkaian kata menjadi sebuah kalimat dan itu membuat ku lega. Aku hanya mampu bersyukur terhadap apa yang terjadi pada diriku ini. Aku yakin suatu saat giliran ku bahagia menikmati indahnya mencapai cita-cita yang selama ini diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun