Mohon tunggu...
Destiani Widiastuti
Destiani Widiastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa- Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa yang iseng nulis buat tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kasus Bullying dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

4 Juni 2023   16:40 Diperbarui: 4 Juni 2023   16:53 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Rangkuman Kasus

Seorang siswa SD berinisial MR (11 tahun) asal Banyuwangi ditemukan meninggal karena bunuh diri setelah diduga sering menjadi korban perundungan dari teman-temannya di sekolah dan tempat mengaji. MR kehilangan ayahnya satu tahun sebelumnya dan diduga mengalami tekanan psikologis berat karena itu.

Pemerhati anak dan pendidikan Retno Listyarti menekankan bahwa penyebab bunuh diri tidak terdiri dari faktor tunggal, tetapi kehilangan ayah dan perundungan yang diderita MR bisa menjadi faktor utama yang mengakhiri hidupnya. Retno juga menyoroti ketidakpekaan guru dan lingkungan sekolah terhadap anak didik mereka. la menekankan pentingnya membangun empati dan simpati pada sesama anak dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan sekolah. Menurut Retno, kasus MR harus menjadi pembelajaran bagi sekolah dan harus membangun sistem sekolah yang aman dari kekerasan.

Menurut Sejiwa (2008), bullying merupakan perilaku yang memanfaatkan kekuasaan untuk menyerang dan menyakiti orang lain, baik secara fisik, verbal, dan mental yang menyebabkan korban merasakan tekanan berat hingga trauma. Sejalan dengan itu, Ken Rigby (2008) menyatakan bullying sebagai rasa ingin menyakiti orang lain dengan tujuan membuatnya menderita. Dari beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bullying merupakan upaya penganiayaan dan menyakiti seseorang, baik secara fisik, verbal, dan mental. 

Perilaku bullying biasanya terjadi ketika ada pihak (pelaku) yang merasa lebih kuat dan berkuasa dibanding korban (Djuwita, 2005). Pelaku biasanya merasakan kesenangan dan kepuasan saat melakukan perilaku bullying tersebut. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa bullying sering kali terjadi atas keinginan pelaku sendiri.  

Menurut Coloroso (2007), terdapat empat bentuk bullying, yakni sebagai berikut. 

  1. Bullying fisik, yakni bentuk bullying yang dilakukan dengan menyerang korban langsung secara fisik, seperti mendorong, memukul, mencakar, dsb. 

  1. Bullying verbal, yakni bullying yang dilakukan secara verbal dengan mengutarakan dan menyakiti perasaan korban melalui perkataan, seperti menggunjing, menghina, fitnah, dll. 

  2. Bullying relasional. Bentuk bullying yang satu ini merupakan bentuk bullying yang paling sulit dideteksi, karena tidak terlihat secara langsung, seperti pengucilan, penghindaran, dan pengabaian. Hal ini dilakukan untuk melemahkan self-esteem korban. 

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun