Mohon tunggu...
Destiani Desti
Destiani Desti Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang guru yang tengah mengejar kebun harapan di kepalanya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rekam Jejak: Genapkan Separuh Diin, Tenangkan Jiwa

9 Mei 2014   02:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahad, 2 Februari 2014.Tak terasa, tidur yang larut sekali dan mesti bangun sepagi mungkin. Usai salat subuh tertunai, langsung saja ngacir ke depan mempersiapkan meja prasmanan, piring, menu makanan untuk para keluarga besan ibu-bapak. Mari sibuuuuk... beres sana-beres sini. Unjal sana-unjal sini. Apa yang tak bahagia bila saudara kembar akan melepas lajang. Uhuuy .... Dan paraaapppp.... dibantu oleh segenap panitian, Mbak Martini, Nugroho, dkk. maka siaplah meja prasmanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30, eiitss... dengan ligat menuju kamar mandi. Jebar-jebur air tumpah-tumpah membasahai badan. Saya harus bisa merasakan tiap momen indah pada hari berkah milik Nana.

[caption id="attachment_335128" align="aligncenter" width="351" caption="dok.pribadi"]

13994491051449331545
13994491051449331545
[/caption]

Pukul 08.00, sang calon pengantin pria datang. Kostum putih berjas hitam memberi kesan gagah. Kak Nashar beserta keluar besar dan para kader yang mengiringi. Wajah tegang mulai menghadang. Hehe... maklum, bentar lagi perjanjian berat akan terlantunkan dari lisannya. Ia bersalaman dengan sanak famili di rumah. Duduk menyila dengan jantung yang degupannya terus bergulir. Hehe, deg-degan dia :D

[caption id="attachment_335354" align="aligncenter" width="215" caption="dok.calon pengantin pria"]

1399546316686687596
1399546316686687596
[/caption]

Destiana sudah siap dengan make-up yang menghiasi wajahnya. Deg-deg mulai men-dar-der jantungnya. Ehhm... momen ini yang paling mendegupkan bagi masing-masing calon pengantin. Sementara saya, dengan ligat berganti pakaian dan lekas menuju lokasi tempat ijab-qabul di rumah Ndek (panggilan nenek-kakek suku Serang). Setiba di sana, sudah banyak orang. Saya harus segera menyelinap masuk ke kamar sebelum akad dimulai. Saya ingin sekali mendampingi Nana sebelum ada pria pilihan hatinya yang akan terus bersama dengannya (Ah, sedih saya menulis kalimat bagian ini :'(, hehe.... )

[caption id="attachment_335356" align="aligncenter" width="266" caption="dok.pribadi.calon pengantin wanita siap melepas lajang "]

1399548267649793984
1399548267649793984
[/caption]

Sang pembawa acara--Tri Sujarwo--mulai membuka acara. Diawali basmallah lalu dilanjutkan dengan kalam Ilahi. Kemudian disusul sambutan kedua belah pihak, khutbah nikah, dan paraaaaap.... ijab-qabul. Saat inilah yang paling dag-dig-dug-der.

[caption id="attachment_335357" align="aligncenter" width="224" caption="dok.Tri Sujarwo Memandu Acara"]

13995485122071535941
13995485122071535941
[/caption]

[caption id="attachment_335367" align="aligncenter" width="251" caption="dok.pembacaan kalam Ilahi"]

1399550425435109507
1399550425435109507
[/caption]

Ehmm.. entah, saya belum bisa mendeskripsikannya lebih sebab saya belum pernah melaluinya, hehe. Ijab-qabul tertunaikan. Mahar cincin-kalung-QS. Annisa:24 adalah permintaan sang mempelai wanita.

"Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS.An-Nisaa: 24)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun