Mohon tunggu...
Desti Annor
Desti Annor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tidak ingin menjelaskan apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Six Degrees of Separation, Pola Keterhubungan Takdir dengan Orang Lain

30 Oktober 2024   19:29 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu saya sering bertanya, kenapa saya dipertemukan dengan orang ini, orang itu, bukan orang lainnya. Kenapa yang mereka temui adalah saya, bukan orang lain juga. Pertemuan dua titik itulah yang sering jadi bahan renungan saya.

Bukankah tidak ada yang kebetulan di atas muka bumi ini?

Maka itu artinya, pertemuan saya dengan seseorang atau beberapa orang, pasti selalu ada tujuan-Nya. Tidak kebetulan. Tidak juga karena ketidaksengajaan. Semuanya sengaja. Semuanya terencana oleh Tuhan.

Dalam setiap pertemuan itulah, saya mulai menggali lebih dalam. Tentang orang yang saya temui dan menemui saya.

Siapa dia?

Bagaimana latar belakangnya?

Hal apa dari dirinya yang ada hubungan dengan hidup saya?

Pasti ada setidaknya satu benang merah tentang orang itu dengan hidup kita. Entah apa. Mungkin kita tidak menemukannya di awal perkenalan. Nanti lama-lama, biasanya terjawab pelan-pelan.

Misal, beberapa waktu yang lalu saya sering berpikir untuk resign dari pekerjaan. Karena satu dan lain hal. Tiba-tiba seorang teman curhat, cerita tentang hidupnya. Dulu dia berjuang sampai delapan kali ikut tes CPNS demi bisa jadi PNS. Tapi nyatanya, tidak pernah jadi. Dia idam-idamkan, sementara saya, dengan mudahnya ingin melepaskan setelah kemudahan yang Allah beri, lulus hanya dalam sekali tes.

Itu bagai tamparan buat saya. Jadi minta ampun banyak-banyak. Bersyukur banyak-banyak. Kehadiran dia, cerita dia, adalah teguran yang Allah kirim buat saya.

Kadang saya berpikir juga, bahwa hidup kita dengan orang lain itu bagai efek domino yang saling terkait. Di mana terjadi hukum sebab akibat lintas kehidupan manusia. Hihi. Misalnya, pernah satu waktu saya akan bepergian sendiri dengan travel, transportasi umum untuk keluar kota. Saya selalu berharap kursi sebelah saya penumpangnya perempuan juga. Biar nyaman saja dalam perjalanan.

Saya berdoa kuat-kuat jauh hari sebelum berangkat. Supaya sebelah saya benar-benar perempuan yang duduk. Sampai di pool, akhirnya saya tahu, kursi sebelah saya dipesan atas nama laki-laki. Ya, penumpangnya memang laki-laki. Saya sedikit kecewa. Tapi tidak berapa lama, perempuan muda datang sedikit terburu. Dia naik, dan duduk di sebelah saya. Di kursi yang seharusnya penumpang laki-laki tadi. Ternyata, calon penumpang laki-laki tadi mendadak membatalkan pesanan tiketnya karena tiba-tiba ada urusan keluarga.

Saya terdiam lama. Dan, tiba-tiba berpikir. Apa gara-gara doa saya, orang itu jadi tiba-tiba ada urusan keluarga? Terus batal bepergian dengan travel ini? Atau, gara-gara dia ada urusan keluarga mendadak, doa saya seolah jadi terkabul?

Saya berpikir cukup dalam. Ternyata, doa yang kita panjatkan bisa berdampak pada hidup orang lain yang bahkan kita tidak kenal. Juga sebaliknya, doa orang lain bisa berdampak bagi salah satu takdir kecil dalam hidup kita. Kita tidak pernah tahu. Kita tidak pernah saling intip-intip doa. Tapi Allah yang atur, bunyi doa si A bisa disinkronkan dengan salah satu kejadian dalam hidup si B.

Sama seperti teori six degrees of separation, orang yang hari ini kita kenal, suatu saat nanti bias jadi akan mengantar kita mengenal orang selanjutnya. Kemudian yang selanjutnya menghubungkan kita dengan orang-orang selanjutnya dan sampailah kita pada titik akhir. Entah cita-cita, entah cinta. Banyak bentuknya.

Ada pola keterhubungan antara hidup kita dengan orang lain. Tetapi kita tidak pernah tahu. Dia misteri. Dia seperti benang-benang halus yang berbentuk seperti jaring, saling terhubung.

Jangan pernah remehkan pertemuan kita hari ini dengan siapa pun, dengan kejadian apa pun. Karena kita tidak pernah tahu, bisa jadi, pertemuan dengan orang-orang baru yang kita tidak kenal sebelumnya, adalah titik awal yang akan mengantar kita ke satu takdir hidup yang selama ini kita nantikan.

Wallahu'alam.


Teori yang menyatakan bahwa setiap orang di dunia dapat terhubung dengan orang lain melalui rantai kenalan yang tidak lebih dari lima perantara. Teori ini dicetuskan oleh Frigyes Karinthy, seorang penulis cerpen Hungaria pada tahun 1929. (Dikutip dari Ringkasan AI).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun