Mohon tunggu...
Destiana Tri Nursafira
Destiana Tri Nursafira Mohon Tunggu... Guru - mahasiswi

hobi saya masakk

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gangguan Dalam Perkembangan Sosial Emosional

18 Januari 2025   08:38 Diperbarui: 18 Januari 2025   08:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Anak yang mengalami gangguan perilaku disebut juga sebagai anak tunalaras.

   Ketika memiliki gangguan ini, anak mengalami keadaan emosional yang tidak stabil. Saat berinteraksi dan berada di lingkungan sosial, perilakunya akan sangat mengganggu.

   Ada beberapa ciri yang menggambarkan anak yang mengalami gangguan perilaku, antara lain sebagai berikut.

1. Tidak mampu belajar

   Tidak mampu belajar atau slow learner mungkin akan dialami oleh anak dengan gangguan perilaku. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor kesehatan seperti cacat indera atau kelainan fisik lainnya. 

   Pada dasarnya, anak dengan kondisi ini memiliki kondisi fisik yang baik-baik saja, tetapi yang menghambat adalah keadaan psikologisnya.

2. Tidak bisa menjalin pertemanan

   Anak dengan gangguan perilaku cenderung tidak bisa menjalin hubungan atau pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah.

   Perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah membuat anak menjadi individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan tersebut.

3. Terobsesi terhadap sesuatu

   Jika memiliki kesenangan, ia cenderung terobsesi sehingga tampak tidak wajar. Sebagai contoh, jika si Kecil menyukai boneka beruang, ia akan membawa boneka tersebut ke mana.

   Ia menolak untuk melepaskan boneka tersebut, bahkan sampak menjadi kusam dan kotor karena Anda kesulitan untuk mencucinya. 

4. Mood yang berubah-ubah

   Anak yang mengalami gangguan perilaku umumnya menunjukkan mood atau suasana hati yang berubah-ubah secara drastis dan tanpa sebab yang jelas.

   Mood anak cenderung mudah terganggu atau terdistraksi serta bisa tiba-tiba marah, depresi, dan kecewa.

Jenis gangguan perilaku pada anak yang perlu Anda waspadai:

1. Oppositional defiant disorder (ODD) 

   Anak yang mengalami ODD biasanya dikenal sebagai anak yang suka memberontak. Adapun tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

*Sensitif, dan terganggu oleh perilaku orang lain.

*Sering mengalami temper tantrum, yaitu meluapkan emosi dengan menangis kencang, mengamuk, hingga berguling-guling di lantai.

*Selalu berdebat dengan orang yang lebih dewasa, terutama orangtua.

*Tidak patuh pada aturan.

*Sengaja mengganggu atau menjahili orang lain.

*Tidak percaya diri.

*Sangat mudah frustrasi.

*Menyalahkan orang lain ketika melakukan kesalahan atau menghadapi situasi yang buruk. 

2. Conduct disorder (CD)

   Anak dengan CD umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut:

*Sering melawan aturan yang ditetapkan oleh orangtua, guru, atau pihak berwenang lainnya.

*Sering membolos.

*Anak cenderung merokok dan minum alkohol di usia muda.

*Mudah tertarik menggunakan narkoba.

*Kurang rasa empati terhadap orang lain.

*Agresif terhadap hewan dan orang lain.

*Menunjukkan perbuatan sadis bahkan cenderung melakukan pelecehan seksual.

*Gemar mem-bully.

*Mahir dalam perkelahian.

*Menggunakan senjata saat berkelahi.

*Sering berbohong.

3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)

*Sulit fokus. Anak dengan gangguan perilaku ADHD biasanya sulit berkonsentrasi, mudah lupa pada instruksi, tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas.

*Impulsif. Sering melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan risikonya sehingga sering kali menyebabkan masalah, baik disengaja maupun tidak.

*Meledak-ledak. Anak dengan ADHD cenderung "bersumbu pendek" atau dengan kata lain mudah marah dan meremehkan orang lain.

*Overaktif. Overaktif dalam hal ini maksudnya adalah sering melakukan gerakan yang berulang seperti menggoyang-goyangkan kaki, meremas-remas tangan, dan terlihat gelisah

Faktor risiko gangguan perilaku pada anak:

1. Jenis kelamin

   Berdasarkan angka kejadiannya, gangguan perilaku lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.

   Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku sosial anak.

2. Kondisi saat di dalam kandungan dan saat dilahirkan

   Adanya gangguan saat hamil, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah diduga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan perilaku pada anak.

3. Temperamen

   Anak yang sulit mengelola emosinya akan lebih mudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sejak dini. Jika tidak segera diatasi, gangguan ini akan berpengaruh pada kepribadiannya.

4. Riwayat keluarga

   Jika dalam keluarga terdapat riwayat gangguan perilaku, baik itu orangtua, kakek, atau anggota keluarga lainnya, maka risiko anak Anda mengalami kondisi tersebut juga semakin besar.

5. Kelemahan intelektual

   Anak dengan disabilitas intelektual dua kali lebih berisiko mengalami gangguan perilaku daripada yang tidak.

6. Gangguan perkembangan otak

   Melansir The Royal Children's Hospital Melbourne, sebuah studi menunjukkan bahwa anak dengan gangguan ADHD mengalami masalah pada area otak yang mengatur konsentrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun