Masa Kanak-kanak Pertengahan: Kerja Keras vs. Rasa Rendah Diri
Menurut Erikson, anak-anak di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir sangat sibuk atau pekerja keras (Erikson, 1982). Mereka terus-menerus melakukan, merencanakan, bermain, berkumpul dengan teman-teman, dan berprestasi. Ini adalah masa yang sangat aktif, dan masa ketika mereka mulai menyadari kemampuan mereka dibandingkan dengan teman sebaya. Erikson percaya bahwa jika anak-anak pekerja keras ini dapat berhasil dalam usaha mereka, mereka akan merasa percaya diri untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sebaliknya, jika seorang anak merasa bahwa mereka tidak dapat menyamai teman-temannya, perasaan rendah diri dan keraguan diri akan berkembang. Menurut Erikson, perasaan rendah diri ini dapat menyebabkan rasa rendah diri yang berlangsung hingga dewasa. Untuk membantu anak-anak melewati tahap ini dengan sukses, mereka harus didorong untuk mengeksplorasi kemampuan mereka. Mereka juga harus diberi umpan balik yang autentik. Menurut Erikson, kegagalan tidak selalu merupakan hal yang buruk. Kegagalan memang merupakan jenis umpan balik yang dapat membantu seorang anak membentuk rasa rendah diri. Keseimbangan antara kompetensi dan kerendahan hati sangat ideal untuk menciptakan rasa kompetensi dalam diri anak.Â
  Masa Remaja: Identitas vs. Kebingungan Peran
Erikson percaya bahwa tugas psikososial utama masa remaja adalah membangun identitas . Seiring dengan berkembangnya pemikiran operasional formal, yang membawa serta kesadaran diri remaja dan kemampuan untuk merefleksikan atribut dan perilaku diri sendiri, remaja sering kali berjuang dengan pertanyaan "Siapakah aku?" Ini termasuk pertanyaan tentang penampilan, pilihan kejuruan dan aspirasi karier, pendidikan, hubungan, seksualitas, pandangan politik dan sosial, kepribadian, dan minat. Erikson melihat ini sebagai periode ketidakpastian, kebingungan, eksplorasi, eksperimen, dan pembelajaran tentang identitas dan jalan hidup seseorang. Erikson menyarankan bahwa sebagian besar remaja mengalami moratorium psikologis , di mana remaja menunda komitmen terhadap identitas sambil mengeksplorasi pilihan mereka . Puncak dari eksplorasi ini adalah pandangan yang lebih koheren tentang diri sendiri. Mereka yang tidak berhasil menyelesaikan tahap ini mungkin akan semakin menarik diri ke dalam isolasi sosial atau tersesat di tengah keramaian. Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa hanya sedikit yang meninggalkan masa remaja dengan pencapaian identitas, dan bagi sebagian besar dari kita proses pembentukan identitas berlanjut selama tahun-tahun awal dewasa dan dewasa muda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H