Mohon tunggu...
Destia Mustikasari
Destia Mustikasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - It's me

...

Selanjutnya

Tutup

Book

Bedah Buku #Ibu Beneran Karya Fransisca Shiva

17 Februari 2023   12:39 Diperbarui: 17 Februari 2023   12:44 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik


Terus yang tadinya sayang sama badan sendiri, kayak kita gitu ya. Jadi asing sama si badan yang jadi aneh. Yang tadinya tidur normal, jadi kurang tidur, yang tadinya punya waktu sendiri sekarang jadi nggak bisa.


Ditengah perubahan besar itu, ibu makin goyah karena mereka membandingkan diri mereka yang mereka lewati, yang mereka rasakan dan lakukan dengan si sosok ideal yang sejak dulu mereka kenal, yang mereka kira, mereka juga akan begitu ketika menjadi ibu.


Jadi sebenarnya si sosok ideal itu hanyalah citra, gambaran, ekspektasi mengenai bagaimana seorang ibu seharusnya. Dan dia bukan #ibubeneran.


#ibubeneran adalah meraka para ibu yang merakan stress saat anak mereka menangis atau rewel sepanjang malam, yang burn out setiap hari mengerjakan hal yang sama tanpa diapresiasi, yang menahan emosi nahan kesel saat anak nangis minta makan terus, ibu beneran adalah ibu yang bisa salah, bisa jatuh, bisa breakdown and cry. Dan oleh karena itu, ibu beneran adalah mereka yang bisa belajar, bisa bangkit, bisa mencoba lagi, memotivasi dirinya, menjadi ibu yang lebih baik.


Itu yang disebut #ibubeneran. Yang menjadi judul dari buku tersebut.
Dan temen-temen, sisi yang tidak dinyanyikan mengenai seorang ibu mereka sembunyikan. Karena saking lamanya si sosok ideal yang kita kenal kita agung-agung, yang penuh kasih dan sebagainya, menjadikan banyak ekspektasi terhadap sosol ibu. Tentang manis-manisnya kehidupan seorang ibu, ngeshare postingan yang lagi bahagia sama anak, dishare yang manis-manisnya. Tapi dibelakang layar kita nggak tahu aslinya gimana.
Karena takut dijugde kalau misalnya posting atau memperlihatkan kekurangan sosok ibu di depan umum. Dijugde karena sebelumnya kita tahu seorang ibu itu kayak gimana kita biasa lihat.


Dan kalau misalnya kita ngebahas tentang ibu-ibu yang udah lama jadi ibu, sekitar 40 tahunan ke atas. Mereka pasti akan lupa, lupa bahwa dulu mereka juga sama capeknya ngurus anak, sama burn outnya, strugglingnya udh lupa. Jadi pada saat ada ibu baru yang baru memasuki dunia keibuan, mereka terlihat meremehkan si ibu baru ini kalau mereka cerita.


Seperti halnya manusia, manusia itu kan lucu ya. Setelah melewati proses keras dan berat, mereka jadi mengecilkan hal tersebut di depan orang-orang untuk menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari hal tersebut. Jadi meremehkan orang yang sedang dalam proses yang dulu mereka alami gitu.


Padahalkan jangan seperti itu ya, seharusnya dibantu untuk bisa juga melewati prose berat itu gitu kan. Sementara kalau dari buku ini, ibu lama bisa lupa dengan beratnya proses mereka saat dulu menjadi ibu muda.


Nah setelah kita tahu bahwa sosok ideal itu tidak masuk akal, maka ayo kita turunkan ekspektasi terhadap sosok ibu. Mereka manusia biasa kok, yang bisa salah, yang bisa stress, yang banyak kekurangan, nggak sempurna, tapi mereka tetap bisa mengatasinya dan terus belajar menjadi ibu yang lebih baik.
Terus pada dasarnya semua ibubeneran itu baik, kan. Hanya terkadang lingkungan yang melabeli sosok ibu yang baik seperti apa. Padahal ibu yang baik itu juga adalah ibu yang bisa ikutan nangis, marah, dan stress saat anaknya rewel, karena kan luapan emosi manusia itu bisa terjadi kapan aja. Ibubeneran juga adalah ibu yang bisa merasa ingin sendirian dan lepas dari anak untuk sesaat. Karena tidak ada hal yang jika dilakukan 24 jam 7 hari dalam seminggu yang tidak memberikan rasa burn out. Ibubeneran juga ibu yang bisa bingung dan tidak mengerti maunya anak. Karena saling mengenal, saling mengerti, dan mencinta, adalah proses. Dan itu tidak instant.

Dari buku tersebut, didapat bahwa Menjadi ibu itu indah iya, gak indah juga iya. Menjadi ibu bisa bersyukur atas semuanya, tapi juga bisa merasa capek juga iya. Manusiawi gitu kan. Jadi kalau misalnya ada anggapan bahwa sosok ibu tuh nggak boleh mengeluh, tapi harus pandai bersyukur. Mengeluh boleh, asalkan jangan terus mengeluh gitu kan.


Menjadi seorang ibu yang baik itu adalah proses yang panjang temen-temen.
Menjadi ibu juga sama seperti manusia biasa, yang berproses untuk menerima sisi lemah diri dan menerima kehidupan. Agark ketika kita sudah menemukan kelemahan dari diri seorang ibu, kita bisa tahu retaknya di mana, sisi rapuh ibu di mana, sehingga nanti baru kita akan tahu cara bagaimana menjadi ibu yang lebih baik. Dengan menerima dan memperbaiki kekurangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun