Mohon tunggu...
Destia Mustikasari
Destia Mustikasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - It's me

...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Baca! Pelajaran hidup

10 Mei 2022   20:38 Diperbarui: 10 Mei 2022   20:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

.

.

Siang tadi selepas kuliah daring, saya duduk-duduk manis di dalam rumah bersama sang adik. Tiba-tiba datang seorang teman yang kemudian ikut duduk bersama kami. 

Sebutlah namanya Tiffani. Kalau saya deskripsikan dia cantik dan berambut panjang. Umurnya dua tahun dibawah saya dan dua tahun diatas sang adik. Ia sudah bersuami diumurnya yang masih muda.

Kami mengobrol kecil, sampai kepada sesi curhat masing-masing.

Saat itu, langit terlihat indah. Awan menjadi begitu cantik menghiasi langit biru yang cerah.

Menjadi saksi dari tiga gadis perempuan yang saling berbagi kisah luka-liku kehidupan.

Dimulai dari saya yang menceritakan segala hal mengenai dunia perkuliahan. Mereka bertanya-tanya dan saya menjawab. Kemudian kami juga berdiskusi.

Siapa yang tahu pada akhirnya setelah diskusi dan berbagi kisah tersebut kita mendapat banyak pelajaran darinya.

Saling mendengarkan kisah dan pengalaman  masing-masing, mencoba melihat banyak sudut pandang, tidak saling menghakimi, mencoba saling memahami.

"Aku didewasakan oleh keadaan." Itu adalah kalimat yang paling kuingat terlontar dari Tiffani.

Kami mendengarkan kisahnya, luka-liku yang dihadapi membuat kami terenyuh. Mencoba memahami jika kami saat itu berada di posisinya. Menurutku, kisahnya sama persis seperti cerita-cerita novel yang dulu pernah kubaca. 

Tentang seorang gadis yang dianiaya oleh keluarganya sendiri, merasa sangat hancur hingga tidak berdaya dan memilih jalan yang salah (setidaknya menurut kebanyakan orang), lalu pergi berkelana dari kota ke kota, tidak ada tempat menetap. 

Telah jauh dari orangtua diumur yang masih sangat muda. Hingga akhirnya bertemu sang pangeran pujaan hati yang mau menerima segala hal tentang dirinya. Merasa bersyukur, namun ternyata realita bersama sang pangeran (suaminya saat ini)  pun tidak cukup memenuhi harapan.

Harus kukatakan bahwa realita memang terkadang tidak sesuai harapan. Kita hanya bisa menerima segala hal akan kenyataan tersebut. Karena bagaimanapun sebagai manusia hanya bisa berharap, lalu Sang Pencipta lah yang berkuasa akan nasib setiap dari kita. Juga yang terpenting apakah kita mau mengubah nasib menjadi lebih baik dan berusaha mewujudkannya, itu tergantung kita sendiri.

Membaca kisah dan mendengarkan sendiri kenyataannya dan pengalaman dari seseorang tentu berbeda. Mendengarkan langsung rasanya jauh lebih menakutkan dan menyadarkan bahwa ternyata kehidupan seperti itu nyata adanya, bukan hanya novel hasil karangan dan imajinasi seseorang.

Ketika dulu membaca kisah yang serupa, saya merasa bahwa kehidupan seperti itu memang hanya berada dalam imajinasi belaka, sehingga tidak bisa dipercaya ada di kehidupan nyata. 

Dulu juga saya masih bisa memberikan komentar-komentar akan kisah seperti itu dan bagaimana seharusnya yang tersebut lakukan.

Namun, ketika mendengarkan langsung kenyataannya saya tidak cukup mampu untuk berkata-kata.  Hanya mendengarkan dan mencoba memahami dari sudut pandangnya.

Sedikit memberi nasihat untuk saat ini yang bahkan saya tidak tahu apakah itu bisa bermanfaat atau tidak.

Pada akhirnya yang saya dapatkan adalah bahwa sungguh kita tidak boleh menjudge orang dalam sekali lihat, karena saya pun juga begitu. 

Saya tidak tahu bahwa anak perempuan tersebut diumurnya yang masih muda ternyata telah mengalami banyak tragedi selama hidupnya.

Apapun keadaan yang kita hadapi, justru hal itulah yang mendewasakan kita.

Jadi mari kita sama-sama untuk tidak menyerah dengan apapun keadaan yang tengah dihadapi, karena dengan itulah justru kita sedang diuji, apakah kita mampu atau tidak. Yang kemudian pada akhirnya bisa menaikkan derajat kita menjadi lebih tinggi.

Setiap dari kita memiliki keadaan masing-masing, dan memiliki cara masing-masing untuk bertahan dan menghadapinya. Dituntut untuk mengendalik diri.

Apakah disaat paling genting pun kita masih bisa bertahan dan memilih jalan yang benar, atau menjadi tidak berdaya sebagaimana kisah dan pengalaman seseorang di atas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun