Hari ini Kamis tgl 10 Februari 2022, memulai aktivitasku di pagi hari seperti pada umumnya kebanyakan mahasiswa.
Kuliah perdana di masa pandemi covid-19 memungkinkan kita untuk selalu mematuhi protokol kesehatan di kampus.
Pagi-pagi sudah berangkat ke kampus dengan menggunakan motor sambil menikmati pemandangan yang indah selama perjalanan ke kampus.
Hari ini aku bertemu sesosok dosen yang penuh dengan teka teki penuh arti.Â
Beliau membawakan mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Di awal pertemuan perdana ini beliau memulai kelasnya dengan memberikan kami  pertanyaan "siapa manusia?"
Sontak para mahasiswa menjawab manusia adalah makhluk sosial, ada juga yang menjawab manusia itu makhluk ciptaan Allah, makhluk yang sempurna, makhluk yang memiliki akal, dst.
Tapi, beliau malah tetap mengajukan pertanyaan yang sama, "siapa manusia?"
Lantas kami semua diam sambil memikirkan jawaban yang lain.Â
Seketika itu kelas hening karena tak ada jawaban. Lantas Beliau menjelaskan, "saya tak butuh jawaban yang terlalu tinggi. Sederhana saja, siapa manusia?, Apakah di sini masih ada yang meragukan dirinya adalah manusia?"
Lalu, kami semua tertawa. Beliau melanjutkan, "siapa manusia?, Ya jawab saja, saya adalah manusia". Begitu katanya.
Lanjut beliau lalu menulis beberapa kata di papan tulis. Tulisan itu berbunyi:
"Orang yang tahu di tahunya"
Beliau meminta kami menjelaskan apa makna kalimat tersebut.
Lalu, selang beberapa menit beliau menuliskan lagi beberapa kalimat lainnya yang semuanya berbunyi:
"Orang yang tahu di tahunya...
Orang yang tahu di tidak tahunya...
Orang yang tidak tahu di tahunya...
Orang yang tidak tahu di tidak tahunya..."
Kemudian meminta kami menjelaskan apa makna kalimat-kalimat tersebut.
Lantas kami termenung memikirkan apa makna kalimat-kalimat tersebut. Lalu, ada beberapa yang mengacungkan tangannya dan menjelaskan sesuai yang mereka pikirkan.
Setelah beberapa yang menjelaskan, beliau lalu meluruskanÂ
Bahwa kalimat ke- 1 dan ke- 2 orang yang benar-benar kenal, paham, mengerti dan tahu akan dirinya, mengetahui kapasitasnya dan tidak melebihi batas serta paham betul ketidaktahuannya itulah orang-orang yang tidak akan ondom(omong doang), tidak sok tahu, tapi berusaha untuk tahu.
Sedangkan kalimat ke-3 dan ke-4, itulah orang-orang yang tidak paham betul bahwa dirinya tahu atau tidak tahu, mereka belum mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya, terkadang mereka suka berbohong.
Beliau pun mengajukan pertanyaan "silahkan lihat dan sadar, pada area mana diri kita"
Ketika kita di area kalimat 1 dan 2 berarti kita dalam posisi yang baik.
Dan untuk menjadi guru yang akan mengajarkan siswa ke arah yang lebih baik, sebagai calon guru kita harus paham betul diri kita sendiri, jadilah orang-orang yang ada pada kalimat 1 dan 2.
Dalam hal ini, kita dituntut bukan hanya cerdas dalam pemikiran tapi juga sikap, perilaku dan akhlak. Bagaimana kita diharuskan lebih tahu mengenai diri kita, bagaimana kita berperilaku, bagaimana sikap kita ke orang-orang.
Sebagai tambahan pernyataan seorang filsuf Yunani, Aristoteles mengatakan "Mendidik pemikiran tanpa mendidik hati, itu bukanlah pendidikan"
Jangan lupa Koment yah!Â
Nanti kalau rame aku buatin part 2Â
Terima kasih telah membaca!
Salam sehat!
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H