Aku keingat waktu kecil sering bermain sama dia, main boneka-bonekaan dan masak-masakan walaupun dia itu laki-laki.Â
Dan aku juga pernah ikut-ikutan sama dia pergi mancing di selokan di pinggir sawah yang belum tentu hasil pancingannya itu dimakan. Bodoh banget deh!! Tapi seru juga sih!
Di saat aku tengah berkhayal masa lalu, aku melihatnya tengah berdiri sambil bercanda dengan teman-temannya di belakang barisan kelasnya, aku bisa melihatnya dari barisanku, karena kelasnya cukup dekat dengan kelas kami. Tak sengaja aku pun tersenyum melihatnya.
Tapi, tiba-tiba si wakil ketua Osis mendekati ku. Aku hanya melihatnya sinis dan kembali fokus ke depan, dia pun ikut fokus ke depan sambil mendengarkan ceramah Kepsek yang bikin bosan.
Setelah upacara selesai, kami pun bergegas masuk ke dalam kelas.Â
"Aduh!!..." rintihku sakit saat tiba-tiba aku jatuh karena ada yang menyangga kakiku saat aku masuk kelas. Saat aku berdiri dan melihat sesosok kaki yang tengah sengaja menyangga di depan pintu. Kulihat si pemilik kaki itu rupanya si wakil ketua Osis.Â
"ngapain sih taruh kaki di situ?, Ih!! sengaja yah?..." tanyaku kesal.
"nggk kok, Sorry nggk sengaja. kamu ajah yang jalan nggk liat-liat" katanya.
mana nggk liat, orang dia taruh kakinya pas kita mau lewat, di depan pintu lagi....iihhhh
Aku nggk habis pikir yah, kok bisa orang kayak gini dipilih jadi wakil ketua Osis, apa nggk ada yang lain gituh!. Aku pun pergi menuju bangkuku sambil melototinya
Kulihat dia hanya tersenyum memandangiku yang tengah melotot.
Kini pelajaran tengah berlangsung, jam kedua setelah upacara adalah mata pelajaran Matematika yang paling aku tunggu-tunggu. Entah kapan aku mulai menyukai mata pelajaran ini yang kebanyakan siswa nggk suka mapel ini.Â
"Nina, boleh bantu ibu ambilkan buku paket dulu untuk teman-temannya yah!" kata ibu guru memintaku.
"baik bu," aku pun langsung keluar dan menuju ke ruang guru untuk mengambil buku paket.Â
Setelah mengambil buku dan keluar dari ruang guru, tak sengaja...."pruk...."
"Eh...maaf-maaf!" aku bertabrakan dengan seseorang dan buku-bukupun jatuh, aku pun mulai memungut satu persatu buku yang jatuh, dia pun ikut membantuku.Â
"ini..." katanya sambil menyerahkan buku itu. Aku pun melihatnya...dan....ternyata dia Roni, teman masa kecilku. Aku pun tersenyum dan berterima kasih.
Aku merasakan detak jantungku yang mulai tak karuan dan berdetak keras. Spontan langsung ku berbalik dan lari masuk ke kelas.
Malu banget!!!....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H