Assalamualaikum...
Hai Kompasianer! Di masa pandemi gini ada ajah masalah yang datang, mulai dari penyakit Covid-19 yang semakin meluas dan bertambahnya korban akibat penyakit ini, mana lagi dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini terhadap kegiatan masyarakat. Para pegawai kesehatan yang menangani kasus Covid-19 ini pun sudah kewalahan dan tidak sedikit dari mereka yang telah menjadi korban penyakit ini.Â
Kebayang nggk! bagaimana perjuangan dan rasa penat yang ditanggung oleh para pegawai kesehatan itu?, mulai dari mereka harus pakai baju APD setiap hari yang pastinya ada rasa ketidaknyamanan di sana, mana lagi ia harus menahan lapar, menanggung kesedihan yang luar biasa karena tak bisa bertemu dengan keluarga, serta rasa emosi yang pastinya sulit untuk dikendalikan apalagi ketika pasien berdatangan tanpa henti.
Namun, ketika seharusnya rasa khawatir ini, ketakutan ini, kesakitan ini, dan kesedihan ini melanda negeri kita. Apa yang kita perbuat? sudahkah kita membantu untuk mencegahnya?, perasaan-perasaan itu pun tak ada artinya bagi orang-orang yang tak paham dengan situasi tersebut.Â
Banyak masyarakat yang abai dan tidak percaya dengan virus ini. Itu mungkin karena tak terlihat, tapi bagaimana kalau sudah terjangkit dan menjadi korban?
Rasa kepedulian yang telah tertanam dalam diri bangsa kita pun telah pudar, dan masing-masing dari mereka hanya mementingkan ego semata. Di mana pemerintah dan ahli kesehatan gencar agar protokol kesehatan tetap dijalankan, tapi masih banyak masyarakat yang tak taat dan tak paham dengan situasi ini.
"Ada perut yang harus di isi" Â begitulah rakyat +62 berfikir, di mana setiap hari yang lebih dipentingkan hanyalah perut dan kesenangan semata. Hingga rela mengorbankan kesehatan jasmaninya hanya demi mengisi perut itu, tapi ketika kesehatan itu pun telah lenyap, bisakah kita tetap mencari sesuap nasi?,tentu tidak. Boleh saja mencari nafkah, tapi tetap menjaga protokol kesehatan agar nafkah dapat, kesehatan pun juga didapatkan. Tapi, dibalik itu juga ada pemerintah yang bertarung dengan keringatnya sendiri untuk mencari solusi dari masalah ini.
Tolong sadarilah! solusi dari permasalahan ini bukan hanya dengan vaksin, perawatan, dan protokol kesehatan. Namun solusi yang paling penting di sini adalah perilaku dan sikap dari masyarakat dan pemerintah itu. Rasa ego dan keras kepala tidak akan membantu masalah ini cepat reda.Â
Dan rasa Kepedulianlah yang akan membantu kita dalam masalah ini. Masyarakat yang harus peduli dengan usaha dari pemerintah yang telah melakukan berbagai usaha, serta Pemerintah juga harus turut peduli terhadap rakyatnya yang harus dipenuhi kebutuhan sehari-harinya bukan hanya sekedar infrakstruktur yang diperhatikan.
Segala kejadian yang terjadi pasti ada hikmah dan pelajarannya. Dan itulah yang berlaku hari ini, di mana permasalahan ini pernah di alami pada zaman Rasulullah SAW yang patut kita jadikan sebagai pelajaran dan mengambil contoh sikap yang harus kita lakukan untuk memecahkan solusi tersebut.Â
Dalam hadits riwayat Bukhari, dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila kalian mendengar ada penyakit menular di suatu daerah, janganlah kalian memasukinya, dan apabila penyakit itu ada di suatu daerah dan kalian berada di tempat itu, janganlah kalian keluar dari daerah itu karena melarikan diri dari penyakit itu."Â
Berdasarkan hadits tersebut bukanlah hanya sekedar pembatasan, tapi juga perilaku menahan diri dan peduli terhadap sesama. Karena jika hanya pembatasan, bisa saja dilanggar. Tapi, ketika ada rasa menahan diri dan peduli karena setiap orang bisa saja membawa virus tersebut maka perlu menjaga diri dan orang lain dengan menggunakan protokol kesehatan.
Sekali lagi, sikap dan perilakulah yang perlu diubah dari kebiasaan buruk kita, serta ingatlah bahwa sesungguhnya dunia hanyalah tempatnya ujian dan siksa, kemungkinan salah satu ujian dan siksa tersebut adalah penyakit ini. Bisa jadi ujian bagi orang-orang mukmin dan siksa bagi orang-orang yang kafir dan diharapkan kesadarannya bahwa hidup bukanlah pilihan manusia.
Dalam Al-Qur'an surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman yang artinya "Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah SWT) yang menyembuhkan aku,"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H