Benjamin Netanyahu, sering dijuluki "Bibi," adalah figur dominan dalam politik Israel, dengan masa jabatan sebagai Perdana Menteri yang terlama dalam sejarah negara tersebut. Namun, di balik kekuasaan panjangnya, jejak yang ditinggalkannya adalah penderitaan, kontroversi, dan tuduhan kejahatan kemanusiaan yang tidak pernah terhapus oleh waktu.
Zionisme: Ideologi di Balik Ambisi Netanyahu
Zionisme adalah gerakan ideologis dan politik yang berawal pada akhir abad ke-19, yang bertujuan untuk mendirikan "tanah air" bagi orang Yahudi di Palestina. Gerakan ini diprakarsai oleh Theodor Herzl, seorang jurnalis Austria-Hungaria, yang mempercayai bahwa Yahudi memerlukan negara sendiri untuk menghindari penindasan dan anti-Semitisme yang mereka alami di Eropa.
Namun, Zionisme berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih kompleks dan kontroversial. Bagi banyak pendukungnya, Zionisme adalah perjuangan sah untuk mewujudkan kedaulatan Yahudi. Sebaliknya, bagi mereka yang menjadi korban langsung kebijakan Zionis, ideologi ini dianggap sebagai pembenaran kolonialisme modern yang merampas tanah dan hak-hak rakyat Palestina. Netanyahu adalah salah satu tokoh yang paling keras mendukung interpretasi Zionisme yang ekstrem, yang sering kali mengabaikan hak asasi manusia dan hukum internasional.
Awal Kehidupan: Fondasi Ambisi Zionis
Lahir pada 21 Oktober 1949 di Tel Aviv, Netanyahu berasal dari keluarga Zionis sekuler. Ayahnya, Benzion Netanyahu, seorang sejarawan yang menganut pandangan ultra-nasionalis, memberikan pengaruh besar pada pandangan politiknya. Netanyahu menghabiskan sebagian masa mudanya di Amerika Serikat, tempat ia memperoleh pendidikan di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Meski diakui sebagai intelektual yang cerdas, ambisi politik Netanyahu sejak awal berakar pada ideologi yang tidak pernah mengindahkan hak-hak rakyat Palestina.
Karier Politik: Kekuasaan yang Sarat Kontroversi
Netanyahu pertama kali terjun ke politik sebagai anggota Knesset dari Partai Likud pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia terus menanjak, memanfaatkan retorika keamanan dan ancaman eksternal untuk meraih kekuasaan. Ia menjadi Perdana Menteri pertama kali pada tahun 1996 dan kembali menduduki jabatan tersebut pada 2009 hingga 2021, serta kembali berkuasa pada 2022. Masa jabatan ini mencatat kebijakan yang tak hanya kontroversial, tetapi juga destruktif:
Penderitaan Palestina: Netanyahu dikenal sebagai arsitek dari banyak operasi militer yang menghancurkan Gaza, menewaskan ribuan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Blokade yang diberlakukannya di Gaza memperburuk krisis kemanusiaan, menciptakan kondisi hidup yang tidak manusiawi bagi dua juta penduduknya.
Pengkhianatan terhadap Hukum Internasional:Â Dalam upaya memperluas pendudukan, Netanyahu terus mendukung pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat, meskipun mendapat kecaman dari dunia internasional. Tindakannya ini tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga memperburuk konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Tuduhan Korupsi: Netanyahu menghadapi serangkaian tuduhan korupsi, termasuk suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Meski tetap mempertahankan kekuasaan, skandal ini menodai kredibilitasnya di mata dunia.
Kondisi Kesehatan: Karma yang Mulai Menampakkan Diri?
Belakangan ini, Netanyahu dilaporkan mengalami masalah kesehatan serius. Pada akhir tahun 2024, ia dirawat di rumah sakit karena kondisi medis yang dirahasiakan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa ia menderita komplikasi akibat stres dan tekanan politik yang terus meningkat. Sementara pendukungnya mencoba menutupi situasi ini, kenyataan bahwa ia semakin lemah secara fisik menjadi simbol bagaimana kekuasaan yang dibangun di atas penderitaan orang lain pada akhirnya menghadapi kehancuran.
Refleksi: Sosok yang Dicatat Sejarah dengan Tinta Merah
Netanyahu, bagi banyak orang, adalah simbol dari kekejaman modern yang terselubung dalam kedok demokrasi. Kepemimpinannya tidak hanya mencerminkan ambisi pribadi tanpa batas, tetapi juga mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi kekuasaan. Jika sejarah adalah pengadil terakhir, maka warisan Netanyahu akan tercatat sebagai salah satu babak berdarah paling kelam dalam sejarah dunia.
Kesimpulan Saya: Mari Membenci dengan Elegan
Sangat mudah untuk menilai Netanyahu sebagai salah satu figur yang paling dibenci di dunia, tetapi kebencian yang bijaksana adalah yang berakar pada fakta. Di bawah kepemimpinannya, penderitaan jutaan orang menjadi kenyataan sehari-hari. Kebijakannya yang tidak manusiawi mencerminkan kejatuhan moral seorang pemimpin yang kini mulai menuai konsekuensi dari tindakannya. Kesehatannya yang menurun mungkin hanya awal dari perjalanan menuju penghakiman yang lebih besar---di dunia maupun di akhirat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI