Mohon tunggu...
Destaria Soeoed
Destaria Soeoed Mohon Tunggu... Lainnya - CMO EduTech Company

adalah seorang Chief Marketing Officer di Perusahaan EduTech dan kandidat Doktor dalam ilmu politik, dengan minat mendalam di bidang media, politik, isu sosial, dan digitalisasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengagumi Mr. Crack, Bapak BJ Habibie, Si Brilian dari Indonesia

31 Oktober 2024   10:22 Diperbarui: 31 Oktober 2024   14:10 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biografi Singkat BJ Habibie

Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang dikenal sebagai BJ Habibie, adalah Presiden Republik Indonesia ke-3 yang memimpin dari tahun 1998 hingga 1999. Ia lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan, dan meninggal pada 11 September 2019 di Jakarta. Habibie adalah salah satu ilmuwan dan teknokrat paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Sejak kecil, ia menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mendorongnya untuk belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung, kemudian melanjutkan studinya di Jerman, di RWTH Aachen, di mana ia menyelesaikan pendidikan hingga jenjang doktoral dengan gelar "summa cum laude."

Habibie menghabiskan sebagian besar hidupnya di Jerman sebelum akhirnya kembali ke Indonesia pada 1974 atas permintaan Presiden Soeharto untuk membangun industri dirgantara nasional. Ia menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun dan mendirikan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara, sekarang PT Dirgantara Indonesia). Habibie terkenal karena kemampuannya menciptakan pesawat pertama buatan Indonesia, N-250, yang dikenal dengan nama "Gatotkaca." Saat Presiden Soeharto mundur pada 1998, Habibie menjadi Presiden RI dan memimpin Indonesia melalui masa transisi demokrasi.

BJ Habibie tidak hanya dikenang sebagai presiden, tetapi juga sebagai seorang ilmuwan, pemimpin, dan inspirasi bagi banyak generasi muda di Indonesia. Kisah hidup dan pencapaiannya menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan semangat belajar, seseorang dapat memberikan dampak besar bagi bangsa.

"Mr. Crack" dan Teori Crack Progression

BJ Habibie dijuluki "Mr. Crack" karena kontribusi besarnya dalam pengembangan teori crack progression, atau teori perambatan retak, yang menjadi solusi untuk meningkatkan keamanan penerbangan global. Teori ini dikembangkan oleh Habibie selama karirnya sebagai insinyur penerbangan di perusahaan Messerschmitt-Blkow-Blohm (MBB), Jerman, dan ia mendapat perhatian dunia berkat pencapaiannya dalam analisis material pesawat.

Apa itu Crack Progression?

Pada dasarnya, crack progression adalah studi mengenai bagaimana retakan kecil pada material pesawat dapat berkembang menjadi kerusakan besar yang berpotensi menyebabkan kecelakaan. Selama penerbangan, pesawat mengalami tekanan udara yang sangat besar serta perubahan suhu ekstrem, yang berpotensi menciptakan retakan mikro pada struktur logam. Retakan ini bisa tidak terlihat dan sangat kecil pada awalnya, namun seiring waktu dan intensitas tekanan, retakan tersebut bisa tumbuh hingga membahayakan integritas struktur pesawat.

Kontribusi BJ Habibie dalam Crack Progression

Habibie menemukan bahwa berat pesawat bisa dikurangi tanpa mengorbankan kekuatan atau keselamatan jika memahami bagaimana retakan berkembang di material pesawat. Ini yang kemudian dikenal dengan sebutan "Faktor Habibie" atau dalam bahasa Jerman disebut "Habibie Factor". Faktor ini memungkinkan untuk memperhitungkan titik-titik kerusakan potensial pada pesawat sehingga retakan dapat dideteksi lebih dini dan diperbaiki sebelum menjadi masalah serius. Teori ini bukan hanya berfokus pada material, tetapi juga pendekatan analisis dan perhitungan matematis yang mendalam untuk memprediksi perilaku retak pada material.

Dampak Teori Crack Progression dalam Industri Penerbangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun