Mohon tunggu...
Destaria Soeoed
Destaria Soeoed Mohon Tunggu... Lainnya - Young professional in edutech.

Doctoral student in Political Science. Passionate about edutech, digital marketing, social and political research in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menelusuri Konflik Kelas di Indonesia, Analisis Marxian dalam Kapitalisme Modern

10 Oktober 2024   12:10 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

b. Kepentingan Material dan Perjuangan Kekuasaan:

Pemerintah sering menggunakan kekuatan politik untuk melegitimasi penggusuran ini dengan alasan pembangunan nasional. Namun, masyarakat yang terdampak melawan melalui protes atau jalur hukum untuk mempertahankan tanah mereka. Dalam beberapa kasus, seperti di Jakarta dan Bandung, gerakan sosial yang menentang penggusuran berkembang sebagai bentuk perlawanan kelas terhadap kapitalisme infrastruktur.

c. Contoh:

Salah satu kasus yang terkenal adalah penggusuran masyarakat di kampung-kampung kota seperti Kampung Pulo dan Bukit Duri di Jakarta, di mana pemerintah provinsi melakukan penggusuran besar-besaran untuk proyek normalisasi sungai. Masyarakat yang digusur sering kali tidak mendapatkan kompensasi yang layak atau tempat tinggal alternatif yang memadai, mencerminkan konflik kepentingan material antara kelas kapitalis (pemerintah dan pengembang) dan masyarakat miskin kota.

Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana pendekatan Marxian Political Economy relevan untuk menganalisis konflik kelas di Indonesia. Kepentingan material antara kelas kapitalis (perusahaan besar, pemerintah, pengembang) dan kelas pekerja atau masyarakat lokal seringkali bertentangan, terutama terkait penguasaan alat produksi, distribusi keuntungan, dan kekuasaan politik. Konflik ini mencerminkan dinamika sosial-ekonomi dalam konteks kapitalisme Indonesia yang sedang berkembang.  Terlihat dengan jelas bahwa kapitalisme memengaruhi distribusi kekayaan dan kekuasaan di berbagai sektor. Ke depan, diperlukan langkah-langkah yang lebih progresif untuk mengatasi ketimpangan ini, baik melalui kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakat bawah, maupun melalui penguatan gerakan sosial dan serikat pekerja. Upaya redistribusi kekayaan, peningkatan hak-hak buruh, serta perlindungan hak-hak tanah bagi masyarakat lokal adalah kunci untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun