Ridwan Kamil & Suswono: Program Kredit Mesra memerlukan sumber daya yang signifikan, dan tantangannya adalah menjaga keberlanjutannya tanpa membebani anggaran daerah. Program seperti Mobil Curhat mungkin memiliki dampak yang terbatas dan sulit diukur efektivitasnya secara konkret.
Dharma Pongrekun & Kun Wardana: Fokus pada energi terbarukan (Energi Botol Matahari) adalah langkah positif, namun memerlukan investasi jangka panjang dan teknologi canggih yang belum tentu dapat segera diimplementasikan dengan cepat di Jakarta. Selain itu, inisiatif seperti Kolam Pipi Monyet mungkin dianggap kurang relevan atau tidak berskala besar dalam mengatasi tantangan utama di Jakarta.
Pramono Anung & Rano Karno: Program populis seperti Mak Nyak dan Sabeni menjanjikan kesejahteraan sosial, namun ada risiko bahwa program redistributif ini dapat membebani anggaran daerah jika tidak dikelola dengan hati-hati. Selain itu, implementasi program berbasis teknologi seperti SIDOEL akan memerlukan infrastruktur teknologi yang mungkin belum tersedia di seluruh Jakarta.
Dengan berbagai program yang ditawarkan oleh ketiga pasangan cagub-cawagub Jakarta, kita melihat bahwa setiap kandidat berupaya menangani tantangan utama kota ini melalui pendekatan yang berbeda, baik dalam hal kesejahteraan sosial, ekonomi lokal, maupun inovasi lingkungan. Namun, setiap program juga memiliki tantangan, seperti keberlanjutan anggaran dan implementasi yang realistis.
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kita: apakah Jakarta butuh transformasi ekonomi yang lebih inklusif, keamanan sosial yang stabil, atau pendekatan populis yang menyentuh kesejahteraan dasar?
Jadi, mana pilihanmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H