Mohon tunggu...
Dwi Wahyu Destianto Hidayat
Dwi Wahyu Destianto Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO | Article | Poet

Hi! Saya Dayat, biasa menggunakan akun di dunia maya dengan nama Desta Destian. Saat ini saya aktif sebagai Content Writer dengan menuliskan topik shio, edukasi, biografi dan khazanah Islam. Selain menulis artikel saya juga menulis sajak, puisi, dan narasi filsafat yang berkembang melalui ide pikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tua Namun Tak Dewasa, Apa Iya?

29 Februari 2024   03:33 Diperbarui: 29 Februari 2024   03:57 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang usianya sudah tergolong paruh baya ataupun hampir lansia, namun perilakunya masih seperti anak muda? Fenomena yang seperti ini seringkali menimbulkan tanda tanya di benak kita. 

Apakah setelah memasuki usia tua berarti secara otomatis seseorang akan menjadi dewasa? 

Artikel ini akan mengupas tentang fenomena menarik ini dengan menggunakan perspektif psikologi dan pengalaman sehari-hari.

Perbedaan Antara Usia dan Kematangan 

Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa usia hanya sekadar angka. Kematangan, di sisi lain, adalah hasil dari pengalaman hidup dan proses belajar yang terus menerus. 

Banyak faktor yang memengaruhi tingkat kematangan seseorang, seperti lingkungan sosial, pendidikan, dan pengalaman pribadi.

Penting untuk diingat bahwa usia hanyalah angka yang mencerminkan seberapa lama seseorang telah hidup di dunia ini. Namun, di balik angka tersebut, terdapat realitas yang lebih kompleks yang disebut kematangan. 

Kematangan bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan mudah seperti usia / angka. Sebaliknya, kematangan merupakan hasil dari berbagai pemahaman pengalaman hidup yang telah dialami seseorang dan proses pembelajaran yang terus menerus selama perjalanan hidupnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kematangan adalah hasil dari interaksi kompleks antara berbagai faktor, termasuk lingkungan sosial, pendidikan, dan pengalaman pribadi. Usia hanyalah salah satu faktor dari banyaknya faktor yang berkontribusi pada tingkat kematangan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya melihat usia seseorang ketika menilai tingkat kematangannya, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang memengaruhi perkembangannya.

Keterkaitan Antara Kematangan Emosional dan Usia 

Kematangan emosional merupakan cara pengendalian diri manusia terhadap gejala emosionalnya, ini juga berhubungan dengan pemahaman seseorang mengenai cara pandang hidup, antara mana yang baik dan buruk maupun benar dan salah.

Secara psikologi menunjukkan bahwa kematangan emosional tidak selalu berkorelasi langsung dengan usia seseorang. Ada orang yang pada usia muda sudah memiliki kematangan emosional yang tinggi, sementara ada juga yang pada usia lanjut masih memiliki tingkat kematangan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa usia bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam menilai kematangan seseorang.

Dampak Lingkungan Sosial dan Budaya 

Lingkungan sosial dan budaya juga memainkan peran penting dalam pembentukan kematangan seseorang. Budaya yang memuliakan keceriaan dan kebebasan dapat mempengaruhi seseorang untuk tetap mempertahankan sikap anak muda di usia lanjutnya. 

Sebaliknya, budaya yang menekankan pada tanggung jawab dan kedewasaan akan mendorong seseorang untuk lebih cepat bertindak dewasa.

Jadi, pola kehidupan seseorang akan membentuk moralitas mereka sesuai dengan norma yang berlaku. 

Pengaruh Teknologi dan Perubahan Sosial 

Perkembangan teknologi dan perubahan sosial juga turut mempengaruhi cara seseorang memandang dan menjalani kehidupan di usia lanjut. Di era digital ini, banyak orang lanjut usia yang tetap aktif menggunakan teknologi dan terlibat dalam kegiatan sosial, menjadikan mereka tetap merasa muda dan bersemangat dalam menjalani hidup.

Tingginya pengaruh media sosial dalam memperlihatkan gaya hidup seseorang juga berpengaruh pada pola pikir dan aktivitas mereka. Konsumsi konten di era digital ini sangat meluas, hampir setiap aktivitas diiringi dengan membuka media sosial yang dapat mendorong seseorang untuk mengikuti gaya hidup yang ditampilkan.

Meskipun usia bisa menjadi indikator dari sejumlah pengalaman hidup, kematangan sejati datang dari bagaimana seseorang merespon dan belajar dari pengalaman tersebut. Oleh karena itu, menjadi tua belum tentu berarti menjadi dewasa. Hidup adalah tentang bagaimana kita menjalani setiap fase dengan penuh semangat dan belajar menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun