Menurut Plato, 'daimon' dapat menunjukkan jalan hidup yang benar bagi seseorang dan memberikan sinyal jika seseorang bergerak di jalur yang salah. Namun, Plato juga mengatakan bahwa 'daimon' dapat menjadi tidak jelas atau tidak dapat diidentifikasi, dan karenanya dapat mengarahkan seseorang ke arah yang salah jika mereka tidak mampu memahaminya dengan benar.
Dalam beberapa naskah Plato, 'daimon' sering dikaitkan dengan "suara batin" atau "kepribadian yang lebih tinggi" dan diyakini bahwa setiap orang memiliki 'daimon' yang unik yang menuntun hidup mereka. Dalam pemikiran Plato, seseorang dapat memperkuat hubungannya dengan 'daimon' melalui meditasi, refleksi, dan kontemplasi atas tindakan mereka.
Pandangan Plato tentang 'daimon' menawarkan pandangan menarik tentang bagaimana seseorang dapat menemukan arah hidup mereka melalui hubungan mereka dengan dunia supranatural yang lebih tinggi. Meskipun pandangan Plato mungkin tidak relevan bagi semua orang, konsep 'daimon' masih dipelajari dan diperdebatkan oleh para filosof dan ilmuwan hingga saat ini.
Dalam filsafat Islam, ada konsep "fitrah", yaitu kodrat manusia yang mencerminkan potensi kebaikan dan kemampuan untuk mencapai kesempurnaan. Fitrah ini mengarahkan manusia pada kebaikan, kebenaran, dan ketundukan kepada Allah. Oleh karena itu, pandangan tentang panggilan atau 'daimon' dalam Islam mungkin akan lebih ditekankan pada konsep fitrah ini.
Filsuf Islam seperti al-Ghazali dan Ibn Arabi juga menekankan pentingnya merenung dan memperbaiki diri secara spiritual. Mereka menyatakan bahwa manusia harus menyadari hakikat dirinya dan merenungkan keberadaannya dalam hubungannya dengan Allah. Dalam konteks ini, panggilan mungkin dapat diartikan sebagai panggilan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan Allah.
Secara keseluruhan, pandangan filsuf Islam tentang panggilan atau 'daimon' oleh Plato, mungkin lebih menekankan pada konsep fitrah dan upaya manusia untuk mengejar kebenaran dan kesempurnaan moral serta spiritual. Agar setiap individu menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka di dunia. Mungkin dari kejadian-kejadian yang dialami dari setiap manusia hanya digunakan sebagai alat yang memicu mereka agar bergerak menuju kepada kesadaran tentang kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H