Tak bisa dipungkuri pandemi kali ini berdampak besar di seluruh lini kehidupan. Banyak yang berubah, baik kebiasaan maupun penghasilan. Hal tersebut berdampak pula pada pemikiran kebanyakan orang. Dari kehidupan nyata hingga kehidupan maya. Mulai dari instagram, bahkan yang paling benar terasa berubah yaitu status WhatsApp. Awalnya status WA dipenuhi dengan berita dan kecemasan tentang corona tetapi lambat laun status WhatsApp berubah menjadi media jual beli online.
Semenjak corona status WA menjadi lebih produktif. Berbagai kebutuhan tersedia lewat teman-teman di status WA. Dari makanan, minuman, baju bahkan sampai peralatan hobi tersedia. Diantara beberapa jenis yang dijual, fashion paling banyak ditawarkan. Dari fashion bayi hingga dewasa. Â Rasanya status WA menjadi supermaket online. Apapun yang dibutuhkan hampir ada. Jadi untuk memenuhi kebutuhan saat dirumah aja dirasa tak ada yang perlu membuka situs belanja online lewat status WA saja sudah bisa di dapat. Â
Tak ada yang salah dengan fenomena ini. Mereka berusaha "mempetahankan hidup" di tengah pandemi. Justru dengan adanya pademi kreatifas bertambah. Dulunya melihat jambu biji depan rumah hanya cukup dilihat dan dinikmati sendiri. Tapi setelah pandemi jambu ini bisa menjadi ladang uang yang cukup menjajikan.
Bukan hanya itu kemampuan yang ada semakin terasah dan menghasilkan. Contohnya memasak, yang biasanya mengolah daging hanya untuk keluarga sekarang daging diolah diberi bumbu dan dibekukan jadilah olahan frozen food siap jual.
Ada lagi selain penyedia produk juga terdapat penyedia jasa online lewat status WA. Dari jasa titip sayur ke pasar hingga jasa pembuat kata bagi yang sedang galau. Menarik, simbiosis mutualisme. Terlebih untuk jasa titip sayur ini sangat bermanfaat. Selain memudahakan mendapatkan sayur juga dapat mengurangi kerumunan. Tak kalah menarik adalah jasa pembuat kata atau pengungkap kata bagi yang sedang galau. Jasa ini sangat dibutuhkan untuk kesehatan mental, dengan memendam dan tidak bisa bertemu mungkin kata bisa mewakilkan rasa. Benar-benar sisi lain pandemi dapat dilihat.
Pepatah Jawa yang mengatakan "Ora Obah Ora Mamah" benar adanya. Pepatah ini dalam bahasa Indonesia berarti tidak bergerak tidak makan. Tentu saja meskipun harus dirumah saja tetapi otak juga harus terus berjalan dan menghasilkan. Produktif dan kreatif melihat status WA saat pandemi ini. Jika biasanya hanya beberapa orang saja yang berjualan. Saat ini yang biasanya tak jualan pun ikut berjualan online untuk memenuhi kebutuhan. Pernah satu kali, bertanya pada salah satu teman yang tiba-tiba berjualan saat pandemi mengapa tiba-tiba ikut jualan.
"Daripada hanya pengen beli mending ikutan jual", katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H