Mohon tunggu...
Desta Romansyah
Desta Romansyah Mohon Tunggu... Penulis - Hanya untuk berkarya

Membaca dan menyimak adalah salah satu bentuk dari reseptif, sedangkan menulis dan berbicara adalah salah satu bentuk dari ekspresif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana padangan filsafat stoa mengenai Covid-19?

30 Maret 2022   22:28 Diperbarui: 30 Maret 2022   22:51 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana pandangan filsafat stoa mengenai Covid-19?


Sebelum kita ingin mengetahui bagaimana pandangan filsafat stoa mengenai Covid-19, kita harus mengetahui terlebih dahulu sejarah dari filsafat sto. Kira-kira sekitar 300 taun sebelum masehi (SM) atau sekitar 2.300 tahun silam ada seorang pedagang kaya raya dari Siprus atau sebuah pulau di sebelah selatan Turki yang bernam Zeno sedang melakukan perjalanannya dari Phoenicia ke Peiraeus dengan kapal laut melintasi laut Mediterania. Zeno membawa barang dagangannya yang khas daerah Phoenicia, yakni semacam pewarna tekstil berwarna ungu yang sangat mahal, yang sering di pakai untuk mewarnai jubah raja-raja. Pewarna itu dibuat dari ekstrak siput laut, dan proses dalam pembuatannya sangat melelahkan karena ribuan siput laut ini harus dibuka dengan tangan hanya untuk mendapatkan beberapa gram ekstrak pewarna. Karenanya tidak heran jika barang ini sangat berharga dan sangat mahal.
Musibah pun tidak bisa ditolak bahwa kapal yang ditumpangin Zeno karam. Zeno tidak hanya kehilangan seluruh barang dagangannya yang mahal itu, tetapi ia harus terdampar di Athena. Ini tentunya musibah yang sangat besar bagi Zeno. Tidak hanya kehilangan harta benda, tetapi juga harus menjadi orang asing yang kebingungan di kota yang dimana kota itu bukan kota tempat tinggalnya. Suatu hari di Athena, ia pergi mengunjungi sebuah toko buku dan menemukan buku filsafat yang menarik hatinya. Zeno bertanya kepada si pemilik toko buku tersebut. Dimanakah ia bisa bertemu dengan filsuf-filsuf seperti penulis buku itu. Dan kebetulan saat itu melintaslah Krates. Krates adalah seorang filosof aliran Cynic atau bermazhab sinisisme. Sang penjual buku menunjuk kepadannya. Zeno pun pergi mengikuti Krates untuk belajar filsafat darinya. Zeno kemudian belajar dari berbagai filsuf yang berbeda lalu ia pun mulai untuk mengajar filsafatnya sendiri. Ia senang mengajar di sebuah teras berpilar atau kalau dalam bahasa Yunani nya disebut stoa yang terletak di sisi uatara dari Agora (ruang publik yang digunakan untuk berdagang dan berkumpul). Dan dari filsafat Zeno inilah, nanti filsafat nya dilanjutkan dan dikembangkan para filsuf lain, mulai dari Yunani sampai ke Kaisaran Romawi. Itulah sejarah terbentuknya filsafat stoa. Selanjutnya kita akan membahasa perihal apa sih pandangan filsafat stoa mengenai Covid-19? Covid-19 mulai merjalelah pada tahun 2019 dan sampai sekarang ini. Tentunya hadirnya Covid-19 ini telah mengguncang jiwa manusia akan kecemasan pada setiap individu manusia. Mulai dari kecemasan akan penularan, kecemasan disaat berkumpul, bahkan kecemasan akan hal kematian akibat virus Covid-19 ini. Lalu bagaimana pandangan filsafat stoa mengenai covid-19?
Filsafat stoa mempunyai kepraktisan jika digunakan pada saat Covid-19, mulai dari menginterpretasikan Covid-19 itu sendiri, baik dari segi negatif maupun positif. Mungkin kalau salah satu filsuf stoa masih hidup sampai sekarang, mungkin pandangan tentang Covid-19 seperti ini, “Covid 19 adalah bagian dari Alam, jadi untuk apa untuk ditakuti? Dan covid 19 bukanlah sesuatu yang benar-benar baru”. Kalau kita sedikit membaca sejarah atau melihat sejarah, virus semacam ini sudah ada sejak dulu, jadi untuk apa merasa heran dengan Covid 19 ini? Covid 19 merupakan virus pengulangan dari zaman pramodern, dalam artian pengulangan pada zaman dulu. Ada sisi negatif dai hadirnya Covid 19, yakni mulai dari menjaga kesehatan, rajin mencuci tangan, dan rajin berolahraga. Penyebaran Covid 19 tergantung pada manusia itu sendiri, apakah manusia itu bisa di ajak kooperatif atau justru malah bersikap acu tak acu (tidak peduli). Jadi Pandangan filsafat stoa mengenai Covid 19 yakni Covid 19 merupakan bukan sesuatu yang benar-benar baru dan Covid 19 adalah bagian dari alam, jadi tak perlu untuk di takuti sehingga menyebabkan terganggu nya psikis. Kecemasan akan hadirnya Covid 19 ialah akibat dari interpretasi yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun