Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masa Denial, Ketika Anak Dinyatakan Berbeda

13 Januari 2019   22:56 Diperbarui: 13 Januari 2019   23:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak selalu jadi kebanggaan orang tua. Kita menginginkan yang terbaik untuk mereka mulai dari makanan sampai pendidikan. Setiap anak, sama dengan orang dewasa, unik. Keunikan itu yang membuat kita semakin terikat dengan mereka.

Namun, tidak semua keunikan sama. Beberapa di antaranya benar-benar unik dan butuh perhatian khusus. Mereka, anak-anak kita yang memiliki kebutuhan khusus dan yang memiliki kesulitan belajar (child with learning difficulties).

Saya memang bukan lulusan pendidikan, apalagi lulusan psikologi. Kenyataan saya 'kecebur' di dunia pendidikan punya cerita sendiri, tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan di sini.

Mungkin memang garis nasib, sekolah-sekolah yang saya sambangi itu memiliki kasus-kasus dengan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus atau special needs) dan anak dengan kesulitan belajar. Saya gak perlu menceritakan soal anak-anak itu. Saya rasa Anda tahu lah istilah asperger autisme, ADHD, dan ADD, dari sisi ABK. Anak dengan kesulitan belajar bukan suatu kondisi seperti yang saya sebut di atas. 

Biasanya kesulitan mereka spesifik di bidang tertentu, misalnya memproses informasi, sulit mencerna pelajaran, tidak memahami konteks, kesulitan berkomunikasi, dll. Bisa saja spesifik dalam matematika, pelajaran bahasa, atau campuran. Beberapa kasus malah karena anak tersebut lahir dalam kondisi tertentu dan berkaitan dengan gizi. Bisa karena pernah sakit keras, dan lain-lain latar belakang.

Bagaimana dengan kita sebagai orang tua atau orang dewasa? Ya, tentunya sebagai orang tua, ini perkara yang pelik. Baik anak Anda dinyatakan sebagai ABK maupun anak dengan kesulitan belajar, bukan hal yang mudah. Anda tentunya sedih. Mungkin berlanjut marah. Kesal pada dunia. Kesal pada diri sendiri. 

"Apa salah saya? Kok, anak saya yang harus begini? Mengapa?" Anda kemudian memperhatikan anak Anda dan berpikir, "Ah, dia normal, kok!" Sekolah mungkin sudah menganjurkan untuk menerima bantuan shadow teacher (guru bayangan, guru bantu speasialis). 

Namun, Anda merasa kehadirannya di dalam kelas untuk membantu anak Anda hanya akan mempermalukan atau mengucilkan si anak. Anda khawatir nanti dia dikucilkan teman-temannya, dianggap bodoh, dst, dst.

Buaaanyak sekali kekhawatiran Anda. Setiap hari isi kepala berkecamuk. Namun, waktu terus berdetak. Jangan larut terlalu lama. Setiap hari, setiap menit berharga untuk si anak. Izinkan dia mendapatkan bantuan selekas mungkin. Anda boleh tetap bersedih, tetapi jangan biarkan ego mengambil waktu. Ini bukan tentang Anda. Ini soal anak Anda.

Self healing mungkin berat dan lama. Percayalah, Anda itu kuat. Biar dunia terbalik, Anda bisa bertahan. Si anak mendapat bantuan bukanlah akhir, tetapi awal perjalanan baru.

Saya hanya ingin Anda mengetahui satu hal: anak-anak itu luar biasa. Mereka akan mengalami kemajuan, dengan ritme mereka sendiri. Lewat bantuan, mereka akan mencapai sebuah titik di mana mereka bisa mandiri. Banyak di antara mereka yang nantinya hanya butuh sedikit intervensi, bahkan sepenuhnya lepas. (Setiap kasus berbeda dan penanganannya tidak bisa sama.). Jadi, boleh saja Anda was-was, tetapi tak perlu cemas.

Jika kembali ke awal paragraf, semua orang unik. Anda juga. Pengalaman hidup akan membuat Anda lebih unik lagi. Perjalanannya mungkin penuh kerikil. Namun, suatu saat, ketika melihat ke belakang, Anda akan menyadari Anda telah melakukan yang terbaik buat si buah hati dan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun