Gadis itu membuka kotak yang ia bawa, kotak kecil dari kayu, tanpa hiasan.
"Suam, kita sudah sampai. Jalasurgha sudah terbentang untukmu." Ia diam sejenak, hampir menangis. "Kau tahu, aku rela seribu kali mengantarmu ke sini. Kau ... dan taman surgamu. Kau sungguh pintar memilih tempat berpisah." Ia diam sedikit lebih lama, kemudian berkata dengan pelan, "Selamat jalan."
Kotak itu dimiringkan. Abunya dibawa angin yang mengawal Jalasurgha.
Gadis itu tersenyum. "Aku masih mencintaimu." Sebutir air matanya yang jatuh, membeku di pipi. Jalasurgha masih menari, membentangkan jembatan yang mirip tarian naga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI