Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Foto

27 Desember 2018   17:23 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:40 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Denging mendering di telinga. Ia menatap sekeliling di tengah adrenalin yang terpompa. Kabut asap dan bau api membumbung. Segala-gala berantakan. Hangus atau sedang terbakar. Ada jeritan entah di mana. Ada orang berlari. Ia ingat seperti dilempar, entah oleh apa. Gaib. Mungkin.

Sekali lagi ia menatap sekeliling. Namun, tidak nyaman dalam keadaan telungkup, pelan-pelan ia bangkit. Ia melihat langit terang, di sudut sana. Apinya menggapai langit.

"Kau tak apa-apa?" Seseorang bertanya, membantunya berdiri.

Orang yang lain mengambil foto.

"Apa yang terjadi?" Ia balas bertanya.

"Gedung itu meledak."

Ia mencoba membaca bibir si penjawab. Namun, dering di telinganya masih keras menutupi.

Wajahnya terpampang keesokan harinya di sebuah surat kabar. Putih, parasnya celemotan berlapis debu. Ada darah lengket di pelipis. Matanya nanar. Bajunya kotor dan bernoda merah gerap, tercetak sporadis. Ekspresinya menangkap tarian api. Disorientasi. Ketersesatan. Horor.

***

Setelah memberi bantuan, gadis-gadis melekat di tubuhnya simbol agama dan logo kelompok sosial itu pergi ke lokasi ledakan.

Ini hari kedua setelah gedung itu hancur, setelah delapan puluh orang tewas. Sisa-sisa anyir masih mengambang di antara karbon dioksida. Garis kuning polisi membentang lurus-lurus menjegal orang masuk. Petugas forensik masih wara-wiri dengan koper ajaib mereka.

Kelompok gadis muda itu bersaing dengan ibu-ibu berkaca mata hitam. Masing-masing mengatur posisi supaya tampak langsing. Wajah sumringah, sedikit memonyongkan bibir, atau tersenyum lebar. Bergerombol atau sendirian. Tongkat-tongkat narsis mengudara, bersaing dengan drone.

Setelah selesai mereka tertawa dan sibuk membagi hasil jepretan dan dalam lima belas menit, kecantikan mereka berpadu dengan tragedi di Instagram, diiringi tagar #PeduliGedungApi #RelawanGedungApi #PrayForGedungApi.

Entah berapa likes yang mereka dapat.

*****

Ignorance, the root and stem of all evil.

Plato

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun