Aku mengenalnya sekitar sepuluh tahun lalu, tepat ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Bumi Minangkabau ini. Identitasnya terpampang di dinding restoran itu. Namanya terasa asing bagiku. Kala itu, sambil mengigit-gigit potongan ayam pop, aku mengejanya dalam hati. Ampiang dadiah. Apakah itu makanan, atau minuman? Seperti apa penampakannya? Bagaimana rasanya?
Beberapa kali kulirik tulisan itu. Ampiang dadiah. Ampiang dadiah. Agak sulit juga aku menghafalnya. Nama 'ampiang dadiah' saat itu tidak mengingatkanku pada kata apapun yang memudahkanku untuk mengucapkannya di kemudian hari.
Aku mencoba merekam nama itu dalam benakku, dan bermaksud untuk menanyakan pada suamiku. Walaupun lahir dan besar di Jakarta, namun "darah"nya Sumatera. Bukittinggi tepatnya, kota yang kami sambangi saat itu yang kemudian menjadi tempat tinggal kami sampai saat ini.
"Seperti yoghurt." Sesingkat itu saja penjelasan darinya. Sebagai anak perantau, ia hanya tahu sebatas itu saja, dan bahkan belum pernah mencobanya juga. Maklum saja. Ampiang dadiah bisa dibilang tidak terlalu familier di restoran-restoran padang di Jakarta.
Semakin lama tinggal di Bukittinggi, tentu saja aku semakin mengenal ampiang dadiah. Bisa jadi, status Bukittinggi sebagai kota wisata juga yang membuat makanan ini (ya, akhirnya aku tahu kalau ampiang dadiah adalah jenis makanan, bukan minuman) jadi cukup mudah dijumpai di beberapa kedai atau restoran di kota ini. Wisatawan ingin mencobanya ketika kulineran, sementara orang-orang tua seperti mertua dan ante (tante, arti dalam bahasa Minang) masih mengkonsumsinya sebagai makanan nostalgia. Lalu, apa istimewanya?
Komposisi Ampiang Dadiah
Pada dasarnya makanan ini terdiri dari dua bahan utama yaitu ampiang, dan dadiah. Ampiang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk. Tampilannya seperti butiran beras yang dipipihkan. Rasa ampiang sendiri cenderung hambar. Itulah sebabnya ampiang sering dijadikan bahan campuran baik makanan --seperti ampiang dadiah ini, atau pada beberapa minuman khas Sumatera Barat seperti es tebak (seperti es campurnya Sumatera Barat), atau es candua langkok (seperti es cendol).
Sementara dadiah itu sebenarnya adalah dadih dalam bahasa Indonesia. Pengucapan dadiah itu terbentuk dari lafal orang Minangkabau ketika mengucapkan 'dadih'. Beberapa tahun lalu, dadiah pernah mendunia ketika chef Gordon Ramsay dalam program Uncharted-nya di National Geographic Channel mencoba memeras susu kerbau untuk membuat dadiah.
Ya, dadiah memang susu kerbau yang kemudian difermentasi dalam batang bambu. Seperti kata suamiku sebelumnya, bisa dibilang yoghurt-nya Sumatera Barat ya dadiah ini. Teksturnya kental, putih, namun memiliki aroma yang lebih tajam dari yoghurt biasa.