Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

[Resensi Film] "Thank You, Good Night: The Bon Jovi Story", Lika-Liku Perjalanan Band Rock Legenda 80-an

7 Mei 2024   23:05 Diperbarui: 7 Mei 2024   23:20 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.hotstar.com

"At 25, I was thinking about was fun, success. At 30, I got married, I had looked at success differently. At 40, you start to measure did you accomplish what you set out to do. At 50, you start to think about a legacy. At 60, I think as the Chinese proverbs say, it is basically you are the man you are meant to be."

Kalimat itu dituturkan oleh seorang vokalis band rock Jon Bongiovi, atau yang lebih dikenal sebagai Jon Bon Jovi, di episode awal serial "Thank You, Goodnight: The Bon Jovi Story" yang saat ini sedang tayang di kanal Disney+. Sesuai dengan judulnya, serial ini merupakan dokumeter perjalanan Bon Jovi, band rock yang sangat terkenal di era 80-an.

Pada saat serial ini dibuat, Jon berusia 60 tahun. Sebagai vokalis band rock yang melegenda, kalimat Jon yang saya kutip sebagai awal tulisan itu begitu merefleksikan kehidupannya selama ini. Sengaja saya tidak menerjemahkannya, dengan harapan pembaca dapat lebih meresapi apa yang Jon rasakan, selain untuk menghindari kesalahan yang bisa saja menghilangkan arti sebenarnya yang terkandung di dalamnya.

Secara umum, kalimat Jon menyiratkan proses pendewasaan batinnya ditengah kepopuleran yang diraih Bon Jovi selama ini. Jon tak hanya menjadi vokalis utama. Ia berhasil menokohkan perannya sebagai personel yang menjadi figur utama (front man) Bon Jovi. Dan sebagai front man, Jon mengerti benar apa yang harus dilakukannya untuk menjaga keutuhan band-nya.

Salah satu contohnya adalah ketika para personelnya dalam pengaruh alkohol dan drugs, Jon konsisten hanya sebatas "minum" saja. Jon sadar drugs bisa merusak kualitas vokalnya. Selain itu, sebagai front man ia merasa ia lah yang harus menjadi "orang waras" untuk mengendalikan band-nya. Jon sepertinya berhasil mempertahankan prinsipnya itu karena faktor usia lah yang pada akhirnya merusak kualitas suaranya.

Sebelum ini, saya menonton sebuah video konser Bon Jovi sekitar satu atau dua tahun lalu yang dibagikan oleh seorang teman di media sosialnya. Yang menjadi fokus saya sebagai penonton --dan saya yakin dirasakan juga oleh banyak penonton lainnya- bukan penampilan para personelnya yang mulai ringkih dengan rambut putih dan kerutan-kerutan di wajah. Tapi yang paling kentara adalah kualitas suara Jon yang sudah jauh menurun.

Saya tahu, saya seharusnya bisa memaklumi hal ini seiring dengan bertambahnya usia Jon. Jon pasti kesulitan menyanyikan lagu-lagu lawas Bon Jovi yang tidak jarang menggunakan nada-nada tinggi. Jon sudah tidak mungkin lagi menyanyikan lagu-lagu hits mereka dengan sempurna. Di serial ini saya mendapati baik Jon maupun rekan dan keluarganya pun menyadari kelemahan ini.

Untuk musisi sekelas Jon, saya berharap Jon bisa mengakali masalah ini misalnya dengan mengubah aransemen musik dan nadanya, menyesuaikannya dengan kemampuan Jon. Atau bisa juga Jon menambah penyanyi latar, atau memperkuat suara personel lain yang biasanya juga merangkap sebagai penyanyi latar. Biasanya, penyanyi latar mampu "menambal" kekurangan vokalis utama. Tidak diceritakan apakah manajemen Bon Jovi sudah melakukan hal-hal ini, namun yang pasti Jon akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi demi memperbaiki kualitas suaranya.

Serial ini juga menggambarkan betapa perjalanan hidup Jon bersama band-nya pun tak selamanya mulus. Penjelasan tentang hengkangnya sang gitaris, Richie Sambora, menjadi salah satu topik yang saya --dan mungkin juga banyak penggemar Bon Jovi lainnya- tunggu-tunggu di serial ini.

Richie Sambora bisa dibilang satu-satunya personel band --selain Jon tentu saja- yang paling menarik diantara personel lainnya. Tak hanya penampilannya yang tak kalah keren dengan Jon, Richie Sambora juga punya suara khas yang memberi warna di lagu-lagu Bon Jovi, serta pemilihan melodi bernuansa blues yang kental dan terasa emosional.

Jon pun mengakui kehandalan Richie Sambora sebagai partnernya dalam menciptakan sebagian besar lagu-lagu Bon Jovi. Bagi saya --dan mungkin juga banyak penggemar Bon Jovi lainnya- sosok Richie Sambora sendiri sudah seperti second front-man di Bon Jovi. Richie Sambora memang setenar itu.

Di serial ini akhirnya saya mengetahui mengapa dan bagaimana Richie Sambora hengkang dari band yang telah membesarkan namanya itu. Dan sebagai front man, Jon merasa gagal. Jon menyalahkan dirinya sendiri atas keluarnya Richie Sambora. Pengakuannya terasa begitu emosional. Perginya Richie Sambora tidak hanya menyakitkan bagi Jon, tapi juga saya -dan mungkin juga banyak penggemar Bon Jovi lainnya- yang begitu mengikuti perkembangan grup ini dari awal karir mereka.

Dengan segala permasalahan yang menimpa "keluarga besar" Bon Jovi, saya merasa sebagai front man Jon memang mati-matian berjuang mempertahankan keutuhan Bon Jovi. "Take my hand, we'll make it all right". Begitu teriakannya di "Livin' On A Prayer".

Terbukti, sampai saat ini mereka masih aktif berkarya. Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa sampai saat ini Bon Jovi telah mengeluarkan lima belas album studio sejak album pertamanya "Bon Jovi" di 1984, sampai album mereka paling lawas "Forever" di 2024.

Empat puluh tahun berkarya! Tidak banyak band yang bisa bertahan dan melegenda seperti Bon Jovi.

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun