Pernahkah kalian membayangkan bahwa para pahlawan super, yang dikenal dengan nama keren "superhero" itu, ternyata juga bisa berurusan dengan hukum?
Well, biar bagaimanapun umumnya mereka tinggal di bumi juga kan? Hanya beberapa saja dari mereka yang tinggal di planet lain, atau berkelana di luar angkasa. Bagi mereka yang tinggal di bumi, ketika tidak sedang "berubah" menjadi pahlawan super, mereka hanyalah manusia biasa; warga kota biasa. Dan sebagai warga kota, tentunya mereka terikat dengan peraturan dan undang-undang di wilayah tinggalnya.
Bisa jadi, alasan tersebut yang membuat karakter She-Hulk ini ada. Bagi kalian yang belum tahu atau belum nonton, She-Hulk ini bukan polisi yang menangkap bad guys ya. She-Hulk adalah seorang pengacara, baik ketika "menjadi" manusia yang bernama Jennifer Walters, ataupun kala berubah menjadi Megaloman, eh, maksudnya menjadi 'raksasa hijau' bernama She-Hulk. Iya, beliau tidak hanya gedebak-gedebuk mukulin orang-orang jahat saja, tapi tetap "masuk" pengadilan dengan tubuh hijaunya, dan menjalankan profesi pengacaranya.
Mungkin kalian ingat, selain She-Hulk ada juga superhero lain di Marcel Universe yang juga berprofesi sebagai pengacara yaitu Daredevil. Bedanya, Daredevil ini diceritakan membela manusia biasa, sementara She-Hulk membela manusia dengan alter ego superhero seperti kaumnya.
Seperti yang saya utarakan sebelumnya, para superhero itu ternyata tidak kebal hukum. Jika kehadirannya ternyata membahayakan keselamatan umat, mereka juga dijebloskan ke penjara khusus dengan pengamanan maksimal. Perkara ini ternyata menjadi salah satu kasus yang harus ditangani She-Hulk, ketika Abomination (musuh Hulk) menjadi pesakitan yang harus dibebaskannya dari penjara.
Tak hanya itu. Sebagai pembela para superhero, di serial ini She-Hulk pun harus membela rekannya ketika ingin menuntut sesama superhero karena dianggap menyalahgunakan kemampuan supernya. Kasus lainnya, She-Hulk pun membela seorang superhero yang ingin menuntut penjahit kostumnya karena merasa ada 'peranti' yang tidak berfungsi dengan baik.
Bagi saya, kasus-kasus tersebut terkesan "receh", namun menggelitik. Bahkan, sang jagoan pun tak lepas dari tuntutan hukum. Ia harus menghadapi musuh bebuyutannya di serial ini, Titania, yang menuntutnya karena menggunakan nama "She-Hulk". Masalahnya adalah, Titania telah mendaftarkan nama "She-Hulk" terlebih dahulu sebagai merk dagang produk kosmetik miliknya. Haha ... jadi inget Citayam Fashion Week nggak sih. Eh.
Mengangkat profesi pengacara, serial ini tentunya tak bisa lepas dari scene pengadilan. Namun bagi kalian yang tidak menyukai jenis film yang mengangkat konflik-konflik majelis hukum, tenaaang. Jangan khawatir bahwa film ini akan berisi full drama di meja hijau. Pertarungan diantara jagoan, atau antara jagoan dan penjahat tetap ada, walaupun di beberapa episode terasa tidak mendominasi.
Asyiknya, serial ini menghadirkan beberapa superhero dunia Marvel, yang menurut saya, tidak sekadar cameo. Selain Hulk yang diceritakan sebagai kausa terciptanya She-Hulk, yang "kebetulan" adalah sepupu sang jagoan, hadir juga Wong yang kita kenal sebagai partner-nya Doctor Strange di beberapa episode. Dan yang paling mengejutkan sekaligus menghibur bagi saya adalah kehadiran Matt Murdock alias Daredevil, yang tidak hanya menjadi lawan She-Hulk di pengadilan, namun juga menjadi yayang. Ehm ...
Hal yang juga menggemaskan di serial ini bagi saya adalah perkara perundungan yang sepertinya tak bisa lepas dari kehidupan sang jagoan, terutama ketika ia sedang menjadi seorang Jennifer Walters. Ia menjadi sosok yang tidak diperhitungkan orang, dilecehkan, atau dimanfaatkan oleh teman-temannya. Tentu saja, hal ini tidak terjadi kala ia menjelma menjadi She-Hulk.
Konflik ini seperti menyoroti realita yang umum terjadi. Orang yang secara fisik tidak menarik, dan memiliki kemampuan yang "biasa-biasa" saja, akan semakin merasa tidak percaya diri karena perlakuan orang-orang di sekitarnya yang tidak memperdulikannya, tidak "memandang"nya.
Bagi saya, artis Tatiana Masliany mampu "membagikan" emosinya dengan baik kala memerankan sosok Jennifer Walters ini. Sebagai penonton, saya seperti bisa ikut merasakan pertentangan batinnya kala ia ingin menjadi dirinya sendiri, namun menyadari bahwa di posisi itu ia sering merasa tidak dihargai. Saya mengasihaninya, dan bahkan ikut memaklumi waktu ia akhirnya memutuskan untuk menjadi She-Hulk saja dalam usahanya mencari jodoh.
Sayangnya, saya merasa di pertengahan episode serial ini terasa membosankan. Seperti tidak ada hal yang bisa meningkatkan intens, atau perkara yang bisa "mengikat" saya dengan jalan cerita. Padahal, serial ini menggunakan teknik breaking the fourt wall. Arti sederhananya, pemeran utama berusaha melibatkan penonton untuk "masuk" ke dalam cerita dengan berbicara ke arah kamera, seolah-olah sedang berinteraksi langsung dengan penonton tanpa disadari oleh pemeran lainnya.
Selain itu, saya tidak suka dengan ending cerita yang menurut saya terkesan kurang maksimal, dan mengada-ada. Jadi kalau sampai tulisan ini dibuat IMDB memberi rating 5,2/10, saya rasa penilaian saya secara keseluruhan pun tak jauh berbeda; 5,5/10 saja. Saya rasa, saya pun tidak akan penasaran dengan musim keduanya. Jika ada.
*
Judul : She-Hulk: Attorney of Law
Jumlah episode: 9
Kategori : superhero
Tanggal rilis : 18 Agustus 2022
Jaringan: Disney+
Sutradara : Kat Coiro (6 episode), Anu Valia (3 episode)
Produser : Melissa Hunter
Penulis : Jessica Gao
Pemain : Tatiana Maslany, Maliya Arrayah, Jameela Jamil, Steve Coulter, Mark Rufallo, Tim Roth
Produksi : Marvel Studios
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H