Namun saat itu, saya melihat bangunan-bangunan tersebut terbengkalai, tak terawat. Sepertinya, dulu kawasan ini menjadi zona wisata yang lengkap karena menyediakan fasilitas penginapan, kantin, kamar mandi umum, ruang rapat, sampai sarana kegiatan-kegiatan outbound. Saat itu, tak terlihat satupun orang yang datang selain saya dan keluarga.
Ketiadaan pengunjung selain kami saat itu, justru menambah keindahan Danau. Keheningan yang menyelimutinya saat itu seakan memperkuat pesona alam yang tersaji saat itu. Tak hanya indah, namun juga asri. Sangat mempesona.
Kesan itu yang tertanam kuat dalam benak saya, membentuk memori yang tak terlupa. Keinginan untuk kembali mengunjungi Danau Diatas pun akhirnya terwujud beberapa bulan yang lalu.
Saya punya pengharapan kuat bahwa saat ini, empat tahun setelah kunjungan pertama, akan meninggalkan impresi yang sama seperti yang saya rasakan sebelumnya. Namun ternyata saya mendapatkan kesan yang berbeda.
Saya datang bersama teman-teman. Saat itu, sekitar waktu makan siang ketika kami sampai di sana. Bangunan sederhana di gerbang itu masih ada, dengan portal terbuka disebelahnya. Tulisan "Kawasan Objek Wisata Danau Kembar Alahan Panjang Kabupaten Solok", terpampang jelas di atap bangunan tersebut.
Berbeda dengan kala pertama, saat itu ada seorang penjaga yang menghuninya. Ia tersenyum, menyapa kami. Tiket masuk yang diberlakukan saat itu adalah lima ribu rupiah, per pengunjung. Sementara kendaraan tidak dikenakan biaya.
Melewati gerbang saya melihat ada beberapa perubahan yang cukup mencolok. Daerah di sekitar danau mulai dipenuhi deretan warung bertenda biru, yang menjual beraneka makanan dan minuman. Sepertinya tempat ini memang sudah lebih banyak didatangi wisatawan, dibandingkan empat tahun lalu.
Namun ada beberapa hal yang patut disayangkan. Pertama, sampah-sampah yang tidak hanya bertumpuk di beberapa spot, tapi juga terekspos sampai ke tepian danau. Masalah klasik ini sepertinya belum bisa diantisipasi oleh pihak pengelola.
Kedua, warung-warung para pedagang yang menurut saya masih bisa ditata dengan lebih baik lagi. Saya tidak menampik perlunya pedagang di tempat wisata ini. Tapi sebaiknya mereka dibuatkan tempat permanen yang baik, yang membuat kehadiran mereka terlihat apik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Ketiga, keberadaan bangunan-bangunan tua yang terlihat kosong dan tak terurus. Setelah 4 tahun saya kembali lagi ke kawasan ini, saya sempat membayangkan bangunan-bangunan tua tersebut telah kembali ke fungsi sebelumnya yaitu penginapan, ruang pertemuan, atau kantin. Atau siapa tahu, mereka telah "tersulap" menjadi bangunan heritage unik yang dijadikan kafe-kafe kekinian.
Namun saat itu, kondisi bangunan-bangunan tersebut masih seperti dulu. Pengamatan saya, hanya ada 1 bangunan yang dimanfaatkan sebagai WC umum. Selebihnya ya terabaikan. Kondisi ini justru menimbulkan kesan yang tidak mengenakkan bagi saya.