Mohon tunggu...
Dessy Kushardiyanti
Dessy Kushardiyanti Mohon Tunggu... Dosen - No Limit, No Regret, No Excuse

Dosen Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati - Master of Arts, Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Lama Victim Blamming, Kapan Ending-nya?

26 April 2021   08:25 Diperbarui: 26 April 2021   13:05 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mirisnya aksi pelecehan media sosial kini tidak serta merta dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan intelektualitas pelakunya, baru-baru ini mungkin Anda tahu kasus viral dokter Kevin yang mengunggah konten tak pantas dengan ekspresi mesumnya yang secara tidak langsung ditujukan kepada pasien perempuan yang hendak melahirkan, dan sebagai bagian dari prosedur maka dokter melakukan kontrol pada organ vital pasien. 

Namun karena ekspresi wajahnya yang tak seronok inilah mengakibatkan masyarakat khususnya perempuan merasa geram dan akhirnya lanjut kepada proses hukum.

 

Sumber: megapolitan.kompas.com
Sumber: megapolitan.kompas.com

Hal ini dapat dengan mudah diproses karena secara tidak langsung yang merasa menjadi 'korban' yaitu sebagian besar para perempuan kompak dalam meneruskan posting-an tersebut hingga sampai pada beberapa pihak berwenang. Hal ini juga dikarenakan Dokter Kevin merupakan influencer dan content creator yang cukup mendapat ruang di media sosial dalam membagikan konten yang sifatnya hiburan.

Dalam mengatur emosi saat menghadapi peristiwa besar, terutama yang cenderung negatif, ada berbagai cara yang bisa dilakukan seseorang. Satu hal yang sering dilakukan adalah mempermainkan korban. Namun, selain berperan sebagai korban, ada sisi lain yang sering disebut sebagai victim blamming.

Victim blamming di Masyarakat dan Pencegahannya

Hal ini terkait erat dengan nilai budaya dan moral di Indonesia yang seringkali salah diterapkan. Tentunya nilai-nilai tersebut tidak boleh menjadi dasar terjadinya bullying. Dibutuhkan kesadaran dan edukasi yang lebih tinggi terkait dengan victim blamming pada korban.

Cegah kecenderungan victim blamming dengan memusatkan perhatian pada hal-hal penting ketika mendengar atau menghadapi peristiwa atau kasus yang tidak menyenangkan. Misalnya, pastikan korban aman dan nyaman. Selain itu, jangan lupa bahwa terbuka untuk membagikan apa yang terjadi tidak selalu mudah bagi korbannya. Karena itu, hargai dan beri mereka waktu.

Juga memastikan hak-hak korban, terutama jika kasusnya terkait dengan hukum, telah terpenuhi dan korban memiliki informasi yang lengkap tentang hal tersebut. Tak kalah pentingnya, hindari mengaitkan kejadian atau perasaan korban dengan emosi pribadi. Pastikan Anda telah menerima informasi dari berbagai sisi dan memprioritaskan logika sebelum melakukan penjurian.

Sikap victim blamming pada akhirnya tidak akan membantu siapapun, justru akan semakin menyudutkan korban. Daripada melakukan sebauh victim blamming kepada satu sama lain, lebih baik berhenti meminggirkan korban dan lebih baik dalam menangani kejadian di sekitar mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun