Â
Tahun lalu, saya melihat FJB 2014 melakukan kampanye secara mendidik kepada generasi muda, dari kedelai malika, "museum kecap bango", display bahan hingga produk. Untuk photo sesinya pun ada alat-alat seperti pacul, topi caping, dll. Sedangkan di FJB 2015 saya melihat tempat bermain anak-anak yang menurut saya tidak ada hubungannya dengan kecap bango. Jika memang diadakan tempat bemain, bisa diberikan edukasi tentang kecap bango.
Â
Stage/ panggung musik, berada di depan, sebaiknya berada di tengah agar bisa dilihat, atau agak ke belakang, tidak di depan, sehingga pengunjung bisa menikmati makanan dan musik secara bersamaan. Kemasan panggungnya pun tidak seapik tahun lalu.
Â
Screen besar, kalau tidak salah saya melihat ada 2 (dua), sebaiknya posisi di dekat tempat makan, sehingga bisa menikmati tayangan screen sambil makan, tidak sambil berdiri.
Â
Indonesia sangat kaya, jika memungkinkan tidak hanya makanan tradisional yang bisa dinikmati oleh dewasa, namun juga anak-anak atau batita. Bisa jadi setiap daerah berbeda memberikan makanan terhadap bayi/ batita mereka, sesuai dengan kondisi alam daerah masing-masing.
Â
Semoga FJB 2016 menjadi lebih mencakup makanan dari Sabang sampai Merauke, sehingga misi kecap untuk melestarikan kuliner nusantara dapat terlaksana dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H