Â
Menurut saya, dibanding tahun lalu, penataan ruang FJB kali ini tidak sistematis dan tidak informatif. Tahun lalu, pengunjung disuguhi dengan kedelai malika, dan tempat yang luas. Untuk meja dan bangku/ kursi tersedia banyak dan menyatu, tidak terpecah seperti sekarang.
Â
Sedangkan FJB kali ini saya menilai tempatnya lebih sempit, penataan ruang yang kurang. Antrian panjang hingga melingkar pun saya temui. Jujur saja, melihat orang banyak, antrian panjang, meja dan kursi penuh, sempat membuat kepala saya pusing, karena kondisi saat itu sedang lapar. Sekitar hampir setengah jam saya duduk dan hanya mencicipi makanan yang ada di meja, tidak mencoba antri.
Berbeda pada FJB 2014, meja yang banyak sehingga mau makan pun tidak perlu berebut meja dan kursi. Tidak sedikit saya melihat orang makan sambil antri makanan di stand tertentu.
Â
Kemudian saya mencoba Pallubasa Makassar. Dari seluruh makanan, Pallubasa adalah makanan yang paling tidak enak. Adik ipar saya saat mencicipi hampir mau muntah, karena dagingnya masih bau. Sebelumnya memang teman saya sudah mengingatkan bahwa Pallubasa tidak enak, namun saya pikir, enak dan tidak enak adalah subjektif dan tergantung yang masak juga.
Â
Â
Kami juga mencoba pempek ibu Elly, Sate Klatak Mak Adi Yogyakarta, Sop Ikan Batam, Mie Aceh Bang Iwan dan Kerang Hitam Manis Piccolinos.
Â