Handy dalam hidupnya juga pernah merasa seperti yang dirasakan Gabe dalam film, namun beruntungnya ia masih dapat menolak paksaan orang tuanya.
"Kalau untuk penekanan seorang anak harus menjadi apa, dari orang tua aku ada. Mereka lebih menginginkan aku bekerja di bidang keuangan gitu. Bahkan aku dulu disuruh kuliah di Manajemen Keuangan atau Akuntansi. Dulu sempat dipaksa gitu, tapi akunya gak mau, nolak," papar Handy.
Selain itu, Handy sebagai anak sulung juga merasakan tuntutan menikah dengan sesama suku Chinese.
"Aku sebagai anak laki-laki di keluargaku ini kayak Domu. Harus nikah sama sesama suku. Kalau bisa harus banget sama Chinese begitu karena ya ingin melanjutkan keturunan Chinese. Jadi di keluargaku harus Chinese la apalagi aku sebagai anak pertama," tambah Handy.
Amel yang berada di keluarga Batak juga membenarkan bahwa memang anak laki-laki begitu diagungkan karena membawa marga sehingga terdapat perlakukan lebih istimewa.
"Di keluarga Batak menurut saya anak laki-laki itu sangat-sangat diagungkan karena mereka membawa marga yang akan diturunkan kepada anak mereka nanti. Mereka diperlakukan sangat istimewa, beda dengan anak perempuan. Mereka diizinkan untuk merantau dan bekerja lebih jauh agar menjadi orang yang sukses," cerita Amel.
Sebagai anak perempuan dalam keluarga Batak, Amel juga turut merasakan apa yang dirasakan Sarma dalam film tersebut di kehidupan nyata.
"Perlakuan yang dilakukan Pak Domu kepada Sarma itu adalah perlakukan yang sangat-sangat relate di kehidupan Batak terutama saya sendiri. Saya dilarang jauh dari orang tua mengingat saya adalah boru kesayangan atau boru panggoaran atau anak pertama dari keluarga saya" papar Amel.
"Anak perempuan ini selalu dituntut dan diarahkan kehidupannya oleh orang tuanya. Mengingat mereka tidak ingin anak perempuannya gagal," tambahnya.
Harapan dan Kesan dari Penonton
Martha dan Handy mempunyai harapan yang lebih mengarah pada tokoh orang tua. Mereka berharap agar orang tua bisa mendukung anak-anaknya.
"Semoga orang tua yang nonton film ini bisa sadar bahwasannya tradisi itu penting buat dijaga, tapi jangan sampai tradisi itu buat menghalangi, gak fleksibel, buat atmosfer rumah gak enak gitu. Karena tradisinya itu kan sangat patriarki. Sangat menyiksa," ucap Martha