Mohon tunggu...
Dessy Franly
Dessy Franly Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Life is Anicca

Selanjutnya

Tutup

Film

Cerita Kontroversial "Ngeri Ngeri Sedap" (2022), Penonton Tuai Beragam Pesan, Harapan, dan Kesan

12 November 2022   13:56 Diperbarui: 12 November 2022   14:15 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pesan yang gua dapatkan ya jangan ninggalin orang tua. Walaupun kita merantau ya harusnya kita pulang. Entah itu setahun sekali atau dua tahun sekali. Lebih baik ya sering la berkunjung ke orang tua," papar Handy yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah.

Seorang penonton bersuku Batak, Amelia Natasya Sinaga (21) yang biasa dipanggil Amel menangkap pesan dari film ini tentang sosok orang tua yang berubah seiring bertambahnya usia.

"Pesan yang aku dapat dari film ini ternyata orang tua kita itu semakin tua semakin butuh pengertian dan butuh komunikasi dengan anak-anaknya. Pemikiran mereka itu hanya ingin dimengerti. Terkadang orang tua yang hidup berbeda zaman dengan kita itu memiliki pandangan dan cara berpikir yang berbeda juga," tutur Amel yang berasal dari Lubuk Pakam, Sumatera Utara.

Relasi Cerita di dalam Film dengan Kehidupan Nyata

Dalam film, diceritakan bagaimana Pak Domu sangat keras melarang Domu (anak sulung) untuk menikah dengan beda suku karena anak laki-laki yang meneruskan marga.

Lalu, Pak Domu tidak menginginkan Gabe (anak kedua) menjadi komedian karena ingin Gabe menjadi jaksa atau hakim.

Pak Domu juga menuntut Sahat (anak bungsu) untuk pulang ke rumah sebab ia yang akan menjaga rumah dan keluarga.

Sementara untuk anak ketiga, Sarma yang merupakan anak perempuan, dituntut untuk tidak pergi jauh dan bekerja sebagai PNS seperti keinginan orang tuanya, meskipun keinginan Sarma sebenarnya tidak ingin menjadi PNS.

Hassan, Abdullah, Hajijubok, & Salleh (2016, h. 66) menyatakan bahwa film bisa menjadi media untuk mengungkapkan kebenaran esensial mengenai kondisi manusia.

Pernyataan tersebut relevan dengan penceritaan yang disuguhkan dalam film Ngeri Ngeri Sedap atas penggambaran kebenaran kondisi ketiga penonton dalam kehidupan nyatanya.

Martha sepakat dengan anak laki-laki yang lebih diagungkan karena membawa marga dan setuju akan tuntutan untuk menikah dengan suku yang sama.

"Mirip-mirip sih budaya Chinese sama budaya Batak. Kan anak laki-laki itu memang lebih diutamakan karena bawa marga terlepas dari urutan kelahirannya. Lalu suku Chinese itu memang agak original gitu. Dia pengennya pasti anaknya nikah sama satu suku juga, Chinese sama Chinese," tutur Martha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun