Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo, jangan panggil saya bunga. Saya suka membaca dari kecil, tapi baru mengasah kemampuan menulis sejak kuliah. Saya banyak menulis di blog pribadi saya. Dulu saya menulis di blogspot, tapi sudah saya matikan. Saya sekarang lebih banyak menulis di medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok. Akan tetapi, sebagian besar hanya mampu tampil di blog pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mental Game Bernama Matematika

11 Oktober 2024   09:20 Diperbarui: 11 Oktober 2024   09:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak tahu kapan anak saya menyukai matematika. Apakah karena dia melihat bapaknya buka-buka paper yang ada rumus matematikanya? Tapi memang, saat itu dia penasaran dan bertanya makna dari simbol-simbol itu.

Matematika memang identik dengan pelajaran hitung-hitungan dan biasanya menjadi momok menyeramkan. Dalam matematika tingkat dasar, hanya ada satu kebenaran. Untuk mengerjakannya hanya perlu mengikuti rumus. Dan menghafalkan berbagai rumus dan teorema itu jugalah yang membuat matematika tampak sulit. Dalam geometri misalnya, benda yang bentuknya berbeda sedikit, maka rumusnya berbeda pula.

Menurut saya, matematika bukanlah permainan hitung-hitungan yang sulit. Matematika adalah permainan mental. Soal-soal yang ada dalam matematika bukanlah persoalan yang teoremanya belum diketahui. Ada banyak pendekatan untuk menyelesaikan sebuah soal, yang akan membawa ke satu nilai yang benar. Akan tetapi untuk menyelesaikannya, membutuhkan imajinasi lebih dari pada yang tampak pada persoalan.

Perhatikan gambar berikut ini, bagaimana cara menyelesaikannya?

Sumber: Soal OSN SMP/dok. pri
Sumber: Soal OSN SMP/dok. pri

Soal ini tampak rumit dan yang terbayang adalah, apakah saya harus menyelesaikan semua perhitungan yang ada untuk mendapatkan hasil akhir? Padahal kalau kita ingin menyelesaikan soal ini, maka yang perlu diketahui hanyalah pola. Kemudian dari pola itu maka rumusan masalahnya nya akan menjadi lebih sederhana. Kita hanya perlu untuk melihat persoalan dari sisi lain dan voila, jawabannya ada di depan mata.

Matematika memang sebuah permainan mental. Dan permainan ini mental ini bahkan banyak yang belum selesai setelah 2000 tahun. Tengoklah dalam salah satu episode Youtube dari channel Veritasium yang berjudul "The Oldest Unsolved Problem in Math" https://www.youtube.com/watch?v=Zrv1EDIqHkY

Yang isinya adalah mencari angka sempurna. Apa itu angka sempurna? Bayangkan sebuah angka, misalnya angka 6. Angka ini faktor-faktornya adalah 1,2, 3 dan 6. Lupakan angka 6 karena angka itu sama dengan angka aslinya. Kalau faktor-faktor itu dijumlahkan 1 ditambah 2 ditambah 3 maka hasilnya adalah 6. Jadi angka sempurna adalah angka yang kalau faktor-faktornya ditambahkan maka angka maka hasilnya sama dengan angka awal.

Bayangkan angka lain, misalnya angka 10. Faktor-faktornya adalah 1,2 dan 5. Karena 1 ditambah 2 ditambah 5 adalah 7, maka angka 10 bukanlah angka sempurna. Sampai di sini dimengerti? Pertanyaannya adalah, bagaimana cara mencari angka sempurna? Selain angka 6, angka berapa lagi angka yang merupakan angka sempurna?

Selama ratusan tahun beberapa pola dicari untuk mencari angka sempurna selanjutnya. Misalnya dengan penambahan pangkat 3, atau pola lain berupa penambahan angka 2 pangkat berurutan. Tak kurang dari Euclid pada tahun kira-kira 300 sebelum masehi yang membuat pola untuk menemukan angka sempurna. Pada tahun kita-kira 100 setelah masehi, atau 400 tahun kemudian, Nichomacus membuat sebuah konjektur mengenai angka sempurna yang tampaknya 100 persen benar dan tidak ada yang bisa membantah. Sampai kemudian, pada abad 13, seorang matematikawan Mesir bernama Ibnu Fallus yang ternyata membantah 2 dari 5 konjektur yang dinyatakan oleh Nichomacus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun