Dengan luas wilayah geografi yang besar, tidak meratanya kualitas infrastruktur pendidikan dan juga tidak meratanya sumber daya manusia yang bergerak di bidang pendidikan, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini tidak merata. Persoalan ini sudah di bahas oleh banyak orang dengan alasan yang beragam.
Memang pemerintah telah berupaya agar pendidikan lebih merata dan terasa adil. Hal yang digeber oleh Nadiem, selaku menteri pendidikan saat ini dengan digitalisasi adalah salah satu cara untuk memeratakan pendidikan. Sayangnya terbatasnya infrastruktur jaringan internet membuat inisiatif digitalisasi pendidikan tidak bisa optimal.
Jadi, memang kualitas pendidikan yang tidak merata adalah fakta yang mau tidak mau harus kita terima. Indonesia saat ini memiliki 38 provinsi. Kira-kira provinsi mana yang saat ini memiliki kualitas pendidikan yang terbaik? Hipotesisnya, pulau dengan infrastruktur dan sumber daya terbaik akan memiliki kualitas yang terbaik. Dalam hal ini, pulau Jawa adalah pulau dengan kualitas pendidikan terbaik. Dan kalau boleh beropini, Jakarta akan menjadi provinsi paling berkualitas karena memiliki infrastruktur paling maju di ikuti dengan Yogjakarta karena memiliki universitas yang cukup banyak sehingga di juluki sebagai kota pendidikan.
Berdasarkan katalog data yang berisi indeks pendidikan berdasarkan provinsi, Yogyakarta memang paling memiliki indeks pendidikan paling tinggi, diikuti oleh Jakarta. Akan tetapi ranking selanjutnya hasilnya mencengangkan, yaitu provinisi Maluku dan Aceh yang notabene jauh dari pusat Jakarta.
Jadi apakah indeks pendidikan tersebut cukup akurat untuk menggambarkan kualitas pendidikan di Indonesia? Apakah ada data terkini, lebih baru daripada data tahun 2018 dan valid?
Sayangnya, saya sendiri belum menemukan data terbaru, sehingga saya menggunakan data pendekatan untuk mengukur kualitas pendidikan di setiap provinsi. Data yang saya gunakan adalah data lomba OSN 2024 dan juga lomba KSR (Kompetisi Sains Ruang Guru) 2024. OSN dan KSR sendiri selalu dibuka untuk jenjang SD, SMP dan juga SMA. Dalam mengukur kualitas pendidikan Provinsi ini, saya menggunakan data OSN dan KSR untuk tingkat SMP.
Saya berpendapat, bahwa saat SD peran orang tua masih terlalu besar untuk pembentukan pendidikan anak, sehingga lomba OSN dan KSR tingkat SD, yang cukup ambisius dan menyokong anak-anak meraka adalah orang tua. Pada saat SMA, banyak murid-murid berkualitas bagus yang memutuskan pindah provinsi dan melanjutkan di sekolah setingkat SMA yang menjadi magnet bagi talenta-talenta bagus, misalnya MAN IC ataupun SMA Taruna Nusantara.
Siswa-siswi SMP kebanyakan masih tinggal bersama orang tuanya, dan secara psikologis, mereka cukup sadar dengan dirinya, ambisinya dan juga keinginan untuk menambah ilmu secara mandiri tanpa dorongan orang tua.
Bagaimana cara memberi skor dan perangkingan untuk setiap provinsi? Saya menggunakan pendekatan jumlah siswa yang lolos ke tahap final. Dalam OSN misalnya, untuk tahap pertama yaitu tiap tahap kabupaten, setiap kota dan kabupaten akan mengirimkan lima perwakilannya. Sedangkan pada tahap nasional, akan diambil 115 orang per mata pelajaran dimana masing-masing provinsi akan mengirimkan satu orang perwakilannya dan sisa-sisanya akan diisi dengan siswa dengan nilai tertinggi. Tiap provinsi maksimal mengirimkan 5 orang wakilnya untuk setiap mata pelajaran. Sehingga, dengan menghitung jumlah perwakilan dari setiap provinsi yang maju ke final, kualitas pendidikan dari provinsi tersebut bisa diperkirakan. Semakin banyak perwakilannya, semakin bagus kualitas pendidikan di provinsi tersebut.
Demikian juga dengan lomba KSR dari Ruang Guru. Jumlah siswa yang berkompetisi pada level matematika SMP mencapai lebih dari 18,000 orang siswa. Mirip dengan OSN, yang lolos ke babak final nasional sebanyak 200 orang untuk tiap mata pelajaran dengan masing-masing satu orang perwakilan dari setiap provinsi dan sisanya diurutkan dengan nilai tertinggi. Setiap provinsi bisa mengirimkan maksimal 15 wakil untuk setiap mata pelajaran. Semakin banyak perwakilan yang dikirim oleh satu provinsi, semakin bagus kualitas pendidikan di provinsi tersebut.
Lantas bagaimana hasilnya? Untuk OSN, ada tujuh provinsi yang mengirimkan sampai 15 perwakilan dari 3 mata pelajaran. Lima provinsi berasal dari pulau Jawa dan sisanya, dua provinsi, berasal dari pulau Sumatra. Dari enam provinsi di Jawa, hanya DIY yang tidak mengirimkan lima belas perwakilannya, ini berarti kualitas pendidikan di DIY bukanlah nomor dua, karena kalah jauh di bandingkan dengan lima provinsi lain di Jawa. Di pulau Sumatra, provini Sumatra Utara dan Lampung adalah juaranya.
Untuk KSR 2024 ini, Jakarta dan Jawa Barat menjadi provinsi yang mengirimkan 45 perwakilannya dari tiga mata pelajaran. Peringkat satu sampai dengan lima provinsi yang mengirimkan perwakilan paling banyak ada di pulau Jawa. Sayangnya, lagi-lagi DIY tidak mengirimkan perwakilannya secara full, karena hanya mengirim sejumlah 25 siswa untuk tiga mata pelajaran, kalau jauh dari Banten, yang menempati ranking lima yang mengirimkan 39 siswa. DIY sendiri bertengger pada rangking 11, kalah dari dua provinsi di Sumatera dan dua provinsi di Kalimantan.Â
Kesimpulannya, pendidikan yang berkualitas di Indonesia didominasi oleh pulau Jawa, dengan Jakarta dan Jawa Barat menjadi jawaranya. Tampaknya pendidikan di pulau ini cukup merata, walaupun kota pendidikannya yaitu DIY kalah jauh dari provinsi lain di pulau Jawa dan juga beberapa propinsi yang berada di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Sumber:
[2] https://www.ruangguru.com/event/kompetisi-sains
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H