Kita kembali ke masa lalu. Masa-masa sekitar tahun 2015 sampai 2016. Kala itu, start-up di Indonesia sedang jaya-jayanya. Start-up menjadi berita sehari-hari. Anak muda ambisius ingin bekerja di start-up ataupun membangun start-up.
Start-up memang saat itu menjanjikan. Salah satunya gojek. Kalau tidak bisa bekerja di gojek sebagai karyawan, menjadi mitra gojek pun tidak kalah menjanjikan. Tengok salah satu berita yang ditulis di Kompas. Ada seorang manajer yang resign dari pekerjaannya dan fulltime menjadi driver gojek. Alasannya ya penghasilannya lebih dari ketika jadi manajer, sekitar 8 sampai 9 juta per bulan. Ketika nggojek, penghasilan dia rata-rata 500 ribu sampai 1 juta per hari.
Terus terang, memang gaji segitu sangat menggiurkan. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang yang berbondong-bondong mendaftar sebagai driver ojek online.Â
Servis baru yang dibuat oleh perusahaan teknologi seperti Grab dan Gojek membuka secercah harapan untuk orang-orang yang tidak memiliki skill kompetitif untuk mencari rejeki.Â
Selain itu, perusahaan ride hailing online ini sepertinya sangat membantu pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja, apalagi ketika terjadi arus deindustrialisasi, ekonomi lesu dan tidak banyak lapangan kerja yang tercipta. Terutama ketika banyak penduduknya tidak berpendidikan tinggi dan tidak memiliki skill yang memadai.
Ojek online memang membuka lapangan kerja, tetapi faktanya, banyak juga orang berketerampilan yang mendaftar sebagai ojol. Banyak yang menjadikan side hustle ini sebagai penghasilan sampingan. Pekerja kerah putih seperti ahli IT ataupun pekerja swasta, BUMN dan PNS juga mencari pundi-pundi sebagai driver ojol.
Sampai akhir tahun 2023, jumlah driver online sudah mencapai 4 juta orang. Persaingan menjadi antar driver ojol semakin sengit. Ditengah sengitnya persaingan antar ojol, tekanan perusahaan oleh investor membuat perusahaan membuat aturan-aturan baru menuju profitability, yang tentunya tidak akan memihak kepada para driver ojol.
Dengan semakin sengitnya persaingan, pendapatan mereka turun. Dari situs okezone, pendapatan driver online saat ini sekitar 10 ribu sampai dengan 100 ribu per hari. Ini berarti, dengan bekerja tiap hari pun, pendapatan mereka sekitar 3 juta per bulan. Jauh di bawah UMR kota Jakarta.
Maka tak heran kalau kemudian saya mendengar sopir ojol mengeluh ketika mengantarkan makanan. Pesanan jauh, tapi yang didapat tidak seberapa. Maka tidak heran kalau kemudian ada demo ojol pada Agustus 2024 dengan tuntutan agar ada legal standing yang jelas antara penyedia aplikasi dengan mitra, agar tidak ada eksploitasi.